Konservasi dalam Balutan Kearifan Lokal : Hutan Adat Sungai Utik di Kalimantan Barat

Penulis : Galuh Sekar A. R.

Kearifan lokal merupakan suatu aspek kehidupan yang mengatur segala aspek kehidupan seperti hubungan sosial antar masyarakat, ritual ibadah, kepercayaan hingga hukum adat, maka dari itu kearifan lokal yang berkembang disetiap masyarakat menjadi berbeda berdasarkan perbedaan asal tempat dan waktu. Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena kondisi alam dan kebutuhan hidup masyarakat yang beragam sehingga kemudian memunculkan sistem pengetahuan tersendiri berkaitan dengan pengetahuan lingkungan dan sosial (Suhartini, 2009 dalam Persada dkk., 2018). read more

Polemik Penetapan Tarif Masuk Taman Nasional Komodo

Penulis : Aina Nur Fitri

Pemberlakuan tarif masuk Taman Nasional Komodo terbaru yang diumumkan pada Senin, 1 Agustus 2022 menuai berbagai polemik dan penolakan dikalangan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa Taman Nasional Komodo adalah salah satu keajaiban dunia karena merupakan habitat satwa purba, yaitu komodo (Varanus komodoensis). Letaknya yang berada di Pulau Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menjadikan akses menuju Pulau tersebut terbatas melalui jalur laut dan udara. Oleh karena itu, biaya yang diperlukan untuk dapat berkunjung ke Taman Nasional tersebut tidak sedikit. Fakta tersebut menjadi lebih memprihatinkan jika tarif masuk Taman Nasional Komodo juga dinaikkan menjadi 3,75 juta rupiah.  read more

Jalur setapak hutan

Konservasi Inklusif: Seperangkat Humanisme Untuk Alam yang Baru

Penulis : Bilal Adijaya

Satu abad sudah kegiatan konservasi secara sadar dilakukan. Mulai dari model konservasi racikan naturalis Belanda tahun 1912 sampai era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah melalui berbagai macam model konservasi yang cukup dinamis dengan satu tujuan yang statis; kelestarian sumber daya dan ekosistemnya[1].

Jalur setapak hutan

Konservasi menjadi ranah yang “sexy” untuk terus diperbincangkan. Pasalnya, kegiatan konservasi terus mengalami perkembangan. Pekerjaan konservasi tidak hanya “ngurusin” alam, tetapi juga menjadi lebih efektif, inklusif, dan berkeadilan. Efektif berarti pengelolaan kawasan konservasi dilakukan dengan metode yang mampu mendatangkan output akhir sesuai dengan rencana aksi. Inklusif berarti terbuka; setiap aktor pemanfaat memiliki makna dan otoritas sendiri dalam melihat kawasan hutan. Berkeadilan berarti pengelolaan kawasan konservasi tidak hanya tersentral pada tujuan kelestarian, tapi juga untuk menyokong sumber penghidupan, bahan pangan, maupun menyokong eksistensi identitas budaya lokal. read more

Mengintip Pelepasliaran Beruang Madu dan Kelempiau di TNBKDS

Penulis : Asfarina Nurulia

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna. Namun, Indonesia juga termasuk dalam negara yang menjadi hot spot kepunahan satwa. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mencegah kepunahan satwa adalah dengan pelepasliaran. Pelepasliaran merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam mempertahankan suatu spesies di habitat aslinya (Meijaard et al., 2001 dalam Nawangsari et al., 2016). Saat ini, sudah ada beberapa taman nasional yang melakukan pelepasliaran satwa liar ke habitat aslinya.  read more

Konservasi Dengan Konsep Hutan Keramat

Penulis : Aina Nur Fitri

Hutan adalah kawasan habitat berbagai jenis pohon dan jenis tumbuhan lainnya (Purwaningsih, 2022). Sebagai salah satu sumberdaya alam, fungsi yang ditawarkan hutan sangatlah beragam, baik dari aspek sosial ekonomi, hingga aspek perlindungan (Birgantoro, 2007 dalam Wenno et al., 2021). Selain itu, manfaat hutan secara langsung dapat dilihat dari kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan papan, sementara manfaat tidak langsung hutan adalah menjadi sumber devisa negara, habitat plasma nutfah, penunjang fungsi hidroorologi serta potensi objek daya tarik ekowisata (Nabila et al., 2017 dalam Wenno et al., 2021). Namun sebaliknya, dengan fungsi penting yang ada pada hutan, keberadaannya semakin menurun setiap waktu. Di Indonesia sendiri tercatat memiliki luasan hutan sekitar 9,7 juta Ha yang menyusun separuh luas total kawasan hutan di Asia (Wenno et al., 2021). Berdasarkan data tahun 1990-2020 yang menyatakan tren penurunan luas hutan mencapai 19%, dan diprediksi akan bertambah menjadi 20% dalam rentang 2005-2025 (beritasatu.com), menjadikan upaya konservasi perlu dilakukan agar kawasan hutan tetap lestari.  read more

Menurunkan Emisi Melalui Konsesi Hutan Gambut

Penulis : Aina Nur Fitri

Upaya menurunkan emisi CO2 semakin gencar dilakukan oleh pemerintah. Tentu saja tujuan utama yang ingin dicapai adalah mengatasi adanya perubahan iklim di dunia. Seperti yang kita ketahui, bahwa karbon merupakan salah satu komponen yang menyebabkan efek gas rumah kaca sehingga suhu bumi menjadi naik (Pujiastuti et. al., 2010). Keberadaan hutan sangat penting karena dapat mengurangi karbon yang berada bebas di atmosfer, yaitu dengan mekanisme penyerapan karbon yang dilakukan dalam proses fotosintesis dan kemudian disimpan pada organ-organ tubuh pohon. Namun, kenyataannya luas hutan dunia semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Di Indonesia saja telah terjadi penurunan luas hutan atau deforestasi sebesar 119,1 ribu ha dalam kurun waktu 2019-2020 (PPID KLHK, 2021). read more