forestation.fkt

93 posts

Eksistensi Kawasan Ekosistem Esensial : Menopang Strategi Konservasi Keanekaragaman Hayati

Penulis : Khansa Hanun Afifah

Pemerintah Indonesia melalui PP No 28 tahun 2011 menetapkan kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA) baik daratan dan lautan yang mencapai luasan lebih kurang 28 juta hektar. Berdasarkan data Gap Analysis oleh Kementerian Kehutanan dan berbagai lembaga pada tahun 2010 diperoleh data bahwa terdapat lebih dari 105 juta hektar yang dikategorikan sebagai ekosistem penting digolongkan sebagai penyangga/penghubung yang berada di luar kawasan konservasi. Ekosistem penting tersebut memiliki fungsi koridor berupa hidupan liar serta zona penyangga ekosistem sekaligus sebagai ekosistem alami dan/atau buatan dengan tingkat konservasi tinggi. Di luar kawasan konservasi terdapat sekitar 80% satwa dilindungi yang bernilai penting (Gap Analysis Keterwakilan Ekologis Konservasi di Indonesia, 2010). Strategi konservasi yang dititikberatkan pada kawasan konservasi dan hutan lindung di Indonesia pada dasarnya belum dapat menjamin kelestarian keanekaragaman hayati. Dengan demikian, untuk melindungi kawasan penting tersebut pemerintah menetapkan suatu area sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). read more

Menjaga Kekayaan Kawasan Perairan, KKP Kembali Tetapkan Dua Kawasan Konservasi Baru

Penulis : Bilal Adijaya

Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Nomor 1 dan 2 Tahun 2022, wilayah perairan Pangandaran Provinsi Jawa Barat[1] dan wilayah perairan Pasaman Barat Provinsi Sumatra Barat[2] ditetapkan menjadi kawasan konservasi dengan total luasan 44.932,29 hektare.

Kementerian Kelautan dan Perikanan sejauh ini sampai tahun 2021 telah menetapkan setidaknya 81 kawasan konservasi laut dengan total luas kawasan 13,93 juta hektare. Pada tahun selanjutnya yakni 2022, sebagian kawasan dari 19 provinsi ditargetkan untuk ditetapkan sebagai kawasan konservasi baru dengan target luas kawasan 2 juta hektare. 19 provinsi yang ditargetkan yakni Jawa Barat, Sumatera Barat, Maluku, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Kawasan di Provinsi Jawa Barat dan Sumatra Barat telah ditetapkan terlebih dahulu pada 16 Januari 2022. read more

Co-Management: Pendekatan Kolaboratif Kunci Sukses Pengelolaan Konservasi

Penulis : Bilal Adijaya

Indonesia merupakan negara dengan julukan megabiodiversity. Tak heran, Indonesia memiliki beragam flora & fauna endemik, berbagai macam tipe ekosistem, serta sumberdaya genetik dalam jumlah besar. Kekayaan ini lambat laun mulai terancam eksistensinya; perburuan liar secara terus menerus, Illegal logging, konversi lahan, dan masih banyak lagi penyebab kekayaan sumberdaya Indonesia kian menghilang. Berbagai model konservasi telah dilakukan dalam memerangi tingkat kerusakan yang terus naik. Model konservasi sentralistik yang lebih didominasi oleh pemerintah sebagai aktor utama dalam penentu kebijakan terkesan mereduksi fungsi dan peran masyarakat. Di sisi lain, model konservasi berbasis masyarakat (community-based) jarang sekali menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya. Berangkat dari hal itu, langkah-langkah taktis diperlukan demi tercapai kesesuaian antara model konservasi dengan keberlanjutan dan kemanfaatan sumberdaya alam. read more

Penyelundupan Satwa Dilindungi : Penyu Hijau di Bali

Penulis : Aina Nur Fitri

Sumber : arsip Lanal Denpasar diambil dari Mongabay.co.id

Penyu hijau atau Chelonia mydas merupakan salah satu satwa endemik perairan tropis dan subtropis. Maka, tak heran jika penyu ini dapat dijumpai di Indonesia. Penyu ini berasal dari famili Cheloniidae yang memiliki lemak hijau di bagian bawah cangkangnya, sehingga dinamakan penyu hijau. Persebaran penyu hijau di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Bali (KLHK RI, 2018).

Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang wilayahnya berupa pulau di sebelah timur Pulau Jawa. Dengan adanya banyak kawasan pantai di Bali, menyebabkan penyu sering menepi untuk bertelur. Namun, jumlah penyu hijau di alam semakin menurun dari waktu ke waktu. Dilansir dari KLHK RI (2018), penyu hijau banyak diburu untuk dimanfaatkan cangkang, telur, bahkan dagingnya. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab keberadaan penyu hijau menjadi terancam punah berdasarkan IUCN SSC Marine Turtle Specialist Group (Good News from Indonesia, 2021). Selain itu, adanya kegiatan penyelundupan penyu juga menjadi kontributor utama menurunnya populasi penyu hijau di Indonesia. read more

Menengok Owa Jawa di Lereng Gunung Slamet

Penulis: Rima Maharani

Membicarakan primata, terutama di Indonesia, tak boleh ketinggalan untuk menaruh mata pada kera kecil yang kerap disebut owa. Dari total 20 spesies owa di dunia, 7 di antaranya ada di Indonesia yaitu owa bilou (Hylobates klossi), owa jawa (Hylobates moloch), uwa ungko (Hylobates agilis), owa jenggot putih (Hylobates albibarbis), owa kalawat (Hylobates muelleri), owa serudung (Hylobates lar), dan siamang (Symphalangus syndactylus). Dalam dunia internasional, primata yang populasinya terus berkurang ini dinamai “gibbon”. Atensi atas pelestarian owa terbilang cukup besar, bahkan ditetapkan International Gibbon Day setiap 24 Oktober. read more

Raja Ampat: Surga Bawah Laut Dunia

Penulis : Wahyu Eka

Berbicara tentang Raja Ampat, pasti yang akan terlintas adalah pemandangan dan wisata bahari yang disajikan di lokasi tersebut. Tetapi tahukah kalian bahwa Raja Ampat masuk dalam salah satu perairan indah dunia yang disetarakan dengan Maladewa, Laut Tengah bahkan Kepulauan Fiji. Selain itu, Raja Ampat diakui sebagai perairan nomor satu di dunia yang memiliki flora fauna perairan terlengkap di dunia. Sebelum menjelaskan terlalu jauh, mari kita mengenal terlebih dahulu Raja Ampat. read more