Yearly Archives: 2019

27 posts

Upaya Konservasi Dugong di Indonesia

Dugong merupakan mamalia laut anggota ordo Sirenia. Kata ”Dugong” berasal dari bahasa tagalog yang berarti nona laut atau lady of the sea. Dugong dapat ditemukan di perairan dangkal Samudera Hindia dan Pasifik. Di Indonesia dugong dapat ditemukan di perairan Pulau Bintan, Bali, Kalimatan Tengah, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sualwesi Utara, Maluku, dan Teluk Cendrawasih di Papua. Dungong mudah ditemukan pada padang lamun yang menjadi habitat pakannya. Mamalia laut ini meruapakan satwa yang dilindungi. Menurut IUCN Dogong memiliki status rentan punah (vulnerable), dan dalam CITES dugong termasuk dalam golongan Appendix I. Selain itu, dugong secara tegas dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Satwa dan Tumbuhan. read more

PENGEMBANGAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN KARANGANYAR (Studi Kasus Obyek Wisata Air Terjun Jumog di Kawasan Wisata Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar)

Pariwisata merupakan suatu keseluruhan elemen-elemen terkait yang didalamnya terdiri dari wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain sebagainya yang merupakan kegiatan pariwisata. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang merupakan penggerak utama sektor kepariwisataan membutuhkan kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Daya tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Keberadaan Obyek dan Daya Tarik Wisata merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut. read more

PERILAKU SIMPANSE SAMA DENGAN MANUSIA KETIKA BERMAIN

Perilaku bermain tersebar luas pada mamalia, dan memiliki konsekuensi bagi perkembangan yang penting. Sebuah studi baru pada simpanse muda menunjukkan bahwa hewan ini bermain dan mengembangkan banyak cara yang sama seperti anak-anak manusia. Dalam membandingkan perilaku-perilaku ini dengan studi sebelumnya yang dilakukan pada manusia, mereka menemukan bahwa kedua spesies ini menunjukkan perkembangan kuantitatif dan kualitatif yang signifikan dalam perilaku bermain dari bayi sampai usia muda.

Studi ini, yang dipublikasikan dalam edisi 16 November jurnal PLoS ONE, dengan demikian dapat pula menjelaskan tentang peran perilaku bermain pada manusia. Para penulis studi ini, Elisabetta Palagi dan Giada Cordoni, dari Universitas Pisa di Italia, menemukan bahwa simpanse bermain soliter yang puncaknya pada masa bayi, sedangkan waktu yang dihabiskan dalam bermain sosial relatif konstan antara masa bayi dan remaja. Namun jenis permainan sosial sedikit berubah seiring pertumbuhannya, dalam hal langkah-langkah seperti pilihan kompleksitas dan teman bermainnya. read more

SENI KONSERVASI

            Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “konservasi”? Aku yakin sebagian dari kalian langsung memikirkan satu hal ini, menjaga. Ya, konsep sederhana itu memang tidak salah.

            Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, pada Pasal 1 Ayat 2, pengertian Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Dengan kata lain, sebenarnya kita masih bisa memanfaatkan semua sumber daya alam yang ada, tapi yang perlu diingat, kehidupan ini ada tidak hanya untuk kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sangat membutuhkan alam. Begitu juga alam, mereka membutuhkan manusia untuk memastikan keberadaannya akan tetap terjaga. read more

Pentingnya Pengelolaan DAS

Beberapa waktu lalu, Indonesia kembali didatangi bencana banjir dan longsor. Penyebab dari adanya bencana-bencana tersebut diduga karena adanya curah hujan yang tinggi, dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah bencana banjir dan longsor yang terjadi di Bengkulu pada Sabtu (27/4/2019). Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mengungkapkan terdapat 4 hal penyebab banjir dan longsor yang menerjang wilayahnya dan menyebabkan 29 korban meninggal dunia, yaitu persoalan di daerah hulu sungai, daerah aliran sungai (DAS), daerah hilir sungai, dan daerah resapan air (DRA). Menurut Rohidin, DAS-nya sudah pengalami penyempitan di hampir semua badan sungai. Pada kawasan hulu sungai telah terjadi kerusakan hutan yang disebabkan oleh adanya aktivitas pertambangan, penggundulan hutan, serta Hak Guna Usaha (HGU). Hal tersebut kemudian berdampak pada kawasan hilir. Selain itu DRA juga telah mengalami penurunan lantaran adanya pertambahan perumahan dalam 5 tahun terakhir. Adanya bencana tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan DAS di kawasan tersebut. read more