Uncategorized

18 posts

SENI KONSERVASI

            Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “konservasi”? Aku yakin sebagian dari kalian langsung memikirkan satu hal ini, menjaga. Ya, konsep sederhana itu memang tidak salah.

            Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, pada Pasal 1 Ayat 2, pengertian Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Dengan kata lain, sebenarnya kita masih bisa memanfaatkan semua sumber daya alam yang ada, tapi yang perlu diingat, kehidupan ini ada tidak hanya untuk kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sangat membutuhkan alam. Begitu juga alam, mereka membutuhkan manusia untuk memastikan keberadaannya akan tetap terjaga. read more

Pentingnya Pengelolaan DAS

Beberapa waktu lalu, Indonesia kembali didatangi bencana banjir dan longsor. Penyebab dari adanya bencana-bencana tersebut diduga karena adanya curah hujan yang tinggi, dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah bencana banjir dan longsor yang terjadi di Bengkulu pada Sabtu (27/4/2019). Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, mengungkapkan terdapat 4 hal penyebab banjir dan longsor yang menerjang wilayahnya dan menyebabkan 29 korban meninggal dunia, yaitu persoalan di daerah hulu sungai, daerah aliran sungai (DAS), daerah hilir sungai, dan daerah resapan air (DRA). Menurut Rohidin, DAS-nya sudah pengalami penyempitan di hampir semua badan sungai. Pada kawasan hulu sungai telah terjadi kerusakan hutan yang disebabkan oleh adanya aktivitas pertambangan, penggundulan hutan, serta Hak Guna Usaha (HGU). Hal tersebut kemudian berdampak pada kawasan hilir. Selain itu DRA juga telah mengalami penurunan lantaran adanya pertambahan perumahan dalam 5 tahun terakhir. Adanya bencana tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan DAS di kawasan tersebut. read more

Pengamatan Habitat Monyet Ekor Panjang di Desa Penyangga Suaka Margasatwa Paliyan

Foto Kegiatan Pengamatan Habitat

Oleh : Ryan Prihantoro

Cuaca Jogjakarta di penghujung weekend (06/4/2019) nampaknya mendukung perjalanan untuk melakukan pengamatan habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Suaka Margasatwa Paliyan. Sebuah suaka margasatwa dengan luasan 434,834 Ha yang masuk dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Saptosar, Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 171/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian hutan Paliyan dialihfungsikan menjadi Suaka Margasatwa Paliyan. Sehingga, kawasan yang tadinya dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Yogyakarta yaitu pada petak 136 s/d 141 sebagai hutan produksi menjadi kawasan yang diperuntukkan untuk melindungi habitat monyet ekor panjang sekaligus menjadi tempat khusus untuk monyet ekor panjang tidak keluar ke kawasan penduduk (Sulistyo, 2005). read more

Peka Kukang : Pengamatan Kukang di Hutan Kemuning, Temanggung, Jawa Tengah

Foto Tim KP3 Primata FORESTATION FKT UGM dan KSSL FKH UGM

Pada Sabtu, 2 Maret 2019 kawan-kawan KP3 Primata berkesempatan melakukan pengamatan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) di Hutan Kemuning, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kukang Jawa merupakan salah satu primata yang sering diburu dan dijual. Menurut IUCN Redlist status konservasi kukang Jawa saat ini adalah kritis. Selain dihadapkan dengan tantangan perburuan dan perdagangan illegal, habitatnya saat ini telah berkurang dan semakin sempit, diacu dalam website kukangku hanya tersisa 20% area yang masih layak sebagai habitat satwa tersebut. Pengamatan ini merupakan yang kedua kalinya dan kali ini kami bersama kawan dari KSSL (Kelompok Studi Satwa Liar) FKH UGM. read more

Akhir Status Kawasan Kamojang dan Papandayan

Gunung Kamojang, dikenal luas dengan nama Kawah Kamojang adalah sumber panas bumi di Jawa Barat, Indonesia. Dalam sejarahnya, dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, tetapi kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas bumi. Beragam satwa hidup di Kamojang, antara lain Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas). Begitu pula dengan flora seperti Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima wallichii), dan Pasang (Quercus sp). read more

Microhyla gadjahmadai, Katak Jenis Baru di Indonesia

Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat beragam dan berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk menambah keanekaragaman hayati Indonesia. Salah satunya, telah ditemukan katak jenis baru asli Indonesia. Katak ini diberi nama latin Microhyla gadjahmadai, sebagai bentuk penghormatan kepada Mahapatih Gadjah Mada yang telah menyatukan Nusantara. Katak ini merupakan salah satu jenis amfibi yang termasuk dalam marga Microhyla. Microhyla lebih dikenal dengan nama percil. Di Indonesia terdapat 10 jenis marga Microhyla yang 6 jenis diantaranya ditemukan di Sumatera. Katak ini dideskripsikan oleh mahasiswa program master Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Vestidhia Y. Atmaja, dengan bimbingan peneliti katak Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy. Dua peneliti ini bisa menemukan katak jenis ini di Lampung dan Bengkuli tahun 2010. Penemuan berikutnya dilakukan dengan Eric N. Smith dari University of Texas Arlington, Amerika Serikat dalam ekspedisi bersama di Sumatera tajin 2013 hingga 2015. Saat ini, koleksi referensi jenis baru katak Microhyla gadjahmadai disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Jawa Barat. Segala catatan mengenai katak jenis baru ini dipublikasikan dalam jurnal Treubia Vol. 45, Desember 2018. read more