Apa Kabar Sahabat Lautku?

paus

Sadarkah kita akan bahaya dari kantong plastik yang sering digunakan ? Banyaknya kantong plastik yang digunakan dan dibuang tiap hari tidak hanya akan mencemari lingkungan, namun juga dapat menyebabkan kematian satwa. Banyak satwa yang mati karena memakan sampah plastik yang dibuang sembarangan. Mereka memakan sampah plastik karena makanan alami mereka sudah sangat sulit ditemukan, padahal plastik yang mereka makan sama sekali tidak bergizi dan bahkan tidak bisa dicerna.

Pada tanggal 2 Juni 2018 lalu, Departemen Kelautan dan Sumber Daya Pesisir Thailand mengunggah di situs webnya bahwa ada seekor paus pilot yang ditemukan di sebuah kanal di Provinsi Songkhla Selatan, dekat dengan perbatasan Malaysia, dan diambil untuk dirawat dan disembuhkan. Ketika tim berusaha mengobati paus yang terluka selama beberapa hari, paus itu memuntahkan beberapa kantong plastik sebelum akhirnya mati. Hasil otopsi mengungkapkan ada 80 kantong plastik yang tersumbat di perutnya. Departemen tersebut mengatakan berat total semua plastik yang ditemukan pada hewan itu adalah 8 kg. Foto-foto yang diposting pun memperlihatkan puluhan kantong plastik yang tetap tidak bisa tercerna ditubuh paus. Ahli biologi laut Thon Thamrongnawasawat dari Kasetsart University mengatakan bahwa kantong-kantong plastik tersebut membuat sang paus mustahil memakan makanan bergizi yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup.

Setelah membaca berita tersebut, apakah kalian tidak merasa miris ? Paus yang merupakan mamalia laut terbesar dan jumlahnya tinggal sedikit harus mati karena memakan sampah plastik. Dan mungkin tidak hanya paus saja, namun hewan laut lainnya juga dapat terkena dampak dari limbah atau sampah yang dibuang sembarangan, apalagi di buang ke laut. Bahkan di Indonesia, sampah yang di buang ke laut pun tiap tahunnya volumenya selalu bertambah dengan cepat. Kondisi itu, menjadikan laut Indonesia sebagai kawasan perairan yang rawan dan menghadapi persoalan sangat serius bahkan dapat membahayakan tidak hanya lingkungan namun juga makhluk hidup termasuk manusia.

Sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80% dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik. Polusi laut akibat sampah plastik tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, tapi juga merugikan dari sisi ekonomi karena pendapatan negara dari sektor kelautan juga menurun. Oleh itu, harus dicari solusi yang tegas untuk mengatasi persoalan sampah plastik yang ada di laut.

Upaya Indonesia dalam penanganan sampah plastik, dilakukan dengan membuat Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Sampah Plastik. Rencana tersebut bertujuan, agar Indonesia bisa mengurangi 70% kontribusi Indonesia terhadap sampah plastik di laut sebelum 2025. Bukti bahwa sampah plastik diolah menjadi sumber energI yaitu saat ini 15 kota di Indonesia sedang dilaksanakan studi untuk menanggulangi sampah plastik di laut. Pelaksanaan studi tersebut, termasuk proyek konstruksi jalan tar plastik pertama di Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Selain itu, rencana aksi pemerintah yang lain termasuk antara lain pengembangan bio-plastic dari singkong dan rumput laut, pengelolaan sampah menjadi energi, serta pemberdayaan bank sampah. Pengelolaan sampah saat ini hendaknya diselesaikan secara bersama antara pemerintah, pihak swasta, pihak pendidikan dan pihak masyarakat agar seluruhnya dapat berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik.

Jika sampah plastik di laut tidak dicegah produksinya, maka itu akan mengancam keberadaan biota laut yang jumlahnya sangat banyak dan beragam. Tak hanya itu, sampah plastik bersama mikro plastik yang ada di laut juga bisa mengancam kawasan pesisir yang memang sangat rentan. Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Plastik Laut itu terdiri dari empat pilar utama, yaitu perubahan perilaku, mengurangi sampah plastik yang berasal dari daratan, mengurangi sampah plastik di daerah pesisir dan laut, serta penegakan hukum, mekanisme pendanaan, penelitian-pengembangan (inovasi teknologi) dan penguatan institusi.

buus

(Penyu yang menyangka plastik adalah makanannya)

Di sisi lain, sejalan dengan penyusunan rencana aksi, Kolaborasi Bilateral, Regional juga kerja sama Pemerintah dan swasta terus digalang untuk mengendalikan sampah plastik laut. Upaya pengendalian mutlak dilakukan melalui pemantauan dan pengumpulan sampah plastik dari laut dengan menggunakan teknologi yang relevan untuk menjamin hasilnya. Dalam Konferensi East Asia Summit (EAS) 2017 yang digelar di Bali, Indonesia mengampanyekan perang terhadap sampah plastik di lautan. Dalam konferensi tersebut, Indonesia menyampaikan beberapa langkah yang telah dilakukan Indonesia untuk memerangi sampah plastik di laut.

Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa konservasi hendaknya mendukung dan ikut berperan aktif dalam mengurangi dan memberantas sampah yang ada di laut dan pesisir agar kelestarian lingkungan dan satwa di lautan tetap terjaga. Mari perangi sampah di Indonesia! Ayo kurangi penggunaan plastik!

Sumber :

http://www.mongabay.co.id/2017/09/18/sampah-plastik-semakin-ancam-laut-indonesia-seperti-apa/ (Diakses 5 Juni 2018 pukul 15.50 WIB).

http://www.mongabay.co.id/2018/06/05/paus-ini-ditemukan-mati-perut-penuh-dengan-sampah-plastik/  (Diakses 5 Juni 2018 pukul 15.50 WIB).

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.