Forestation Pintar

34 posts

Vetiver Grass Tech: Solusi Mitigasi Tanah Longsor di Dusun Magirejo, Ngalang, Gunungkidul

Oleh : Tim VGT

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, warga Dusun Magirejo selalu dibayang-bayangi wasa cemas terhadap tanah longsor setiap musim hujan dan harus mengeluarkan dana dan waktu untuk mengatasi kerusakan akibat tanah longsor.

Dusun Magirejo terletak diantara lereng-lereng curam dan berbukit, pemukiman penduduk berjajar rapat dan berundak-undak memenuhi lereng. Dusun yang berada di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul ini kerap diterjang tanah longsor ketika musim penghujan tiba. “Telah terjadi 9 kali longsor dalam kurun waktu 4 tahun terakhir” terang perangkat desa setempat. Tanah longsor telah memblokade jalan-jalan utama dan merobohkan beberapa rumah warga. Meskipun demikian, belum terdapat upaya secara intensif terkait mitigasi baik dari penduduk setempat maupun perangkat pemerintah bersangkutan. read more

Taman Nasional Meru Betiri: Hidden Treasure dari Jawa Timur sebagai Tempat Berlibur Sekaligus Belajar

Penulis : Bilal Adijaya

Sumber: merubetiri.id

Meru Betiri merupakan nama yang diambil dari dua gunung yang ada pada kawasan ini; Gunung Meru (500 mdpl) dan Gunung Betiri (1223 mdpl). Taman Nasional Meru Betiri secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa timur. Taman nasional ini memiliki luas kawasan sekitar 52.626,04 hektare (Kabupaten Jember seluas 37.585 ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 ha). [1] Eksistensi TNMB didukung dengan keanekaragam ekosistem yang mencolok dan diversitas flora serta fauna yang tinggi. Setidaknya terdapat lima macam ekosistem dalam TNMB yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa, dan hutan rheopit. TNMB merupakan rumah bagi 449 jenis flora dan 325 fauna serta menjadi kawasan pelestarian flora dan fauna langka seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Macan Tutul (Panthera pardus), Banteng (Bos javanicus), Bunga Padmosari (Rafflesia zollingeriana), dan Penyu (Chelonioidea).[2] read more

Serengeti : Surga bagi Satwa Migran di Daratan Afrika

Penulis : Tatag Suryo Pambudi

As sure as Kilimanjaro rises like Olympus above the Serengeti”

Pernah mendengar penggalan lirik di atas? Mungkin masih belum tertebak apabila hanya dari satu kalimat. Bagaimana dengan lirik di bawah ini?

It’s gonna take a lot to drag me away from you

There’s nothing that a hundred men or more could ever do

I bless the rains down in Africa

Gonna take some time to do the things we never had

Mungkin sebagian besar dari kita masih awam dengan lirik lagu di atas. Ya, kalimat di atas merupakan reff dari lagu yang dibawakan oleh band rock Amerika Serikat, Toto. Masih asing juga dengan Toto? Tenang, kalian gak ketinggalan zaman kok. Ya, Toto memang bukan band yang tenar di kalangan anak 2000-an. Tapi, Toto dan lagunya, “Africa”, yang kalian baca liriknya di atas, sempat fenomenal di tahun 80-an dan menempati beberapa tangga lagu, mulai dari Billboards Hot 100 pada tahun 1983, dan beberapa tangga lagu di Inggris, Kanada, Irlandia, Belanda, Selandia Baru, hingga Swiss. Lewat lagu Africa, Toto mengajak pendengarnya untuk jalan-jalan ke Benua Afrika. read more

Ular Naga (Xenodermus javanicus) Penunggu Pulau Jawa

Penulis : Miftahulhuda

Pulau Jawa menyimpan banyak misteri, salah satunya dengan keberadaan ular naga (Dragon Snake) yang mendiami Pulau Jawa. Ular naga disini bukanlah ular yang bersayap seperti yang digambarkan dalam mitos ataupun diceritakan dalam how to train your dragon. Ular naga yang dimaksud adalah ular dari family Xenodermidae dengan nama spesies Xenodermus javanicus. Dari nama latin sudah bisa ditebak bahwa spesies ini endemik dari pulau jawa.

Sumber: http://www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html

Mengapa disebut dengan ular naga? Hal ini tidak lepas dari bentuk morfologi dari ular ini yang berbeda dengan ular lain pada umumnya dan juga mirip ataupun menyerupai naga meskipun tidak memiliki sayap dan tidak bisa menyemburkan api. Kulit dari ular ini lebih kasar dari ular lain dan hampir mirip kulit biawak serta di daerah dorsal atau punggungnya ada barisan sisik atau duri yang berjajar rapi sepanjang tubuhnya yang disebut tonjolan hemipenial. Ukuran tubuhnya relative kecil dengan kisaran panjang kurang lebih 50 cm dengan ukuran betina bisa lebih besar dibandingkan dengan ukuran jantan. read more

Hilang dan Ditemukan, apa itu Burung Pelanduk Kalimantan?

Penulis : Lusi Heraningtyas

15 Oktober 2020 dua orang pemuda, Muhammad Suranto dan Muhammad Rizky Fauzan menemukan burung dari hutan di Kalimantan yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya. Rasa penasaran akan jenis burung tersebut membuat mereka bertanya ke kelompok pengamat burung, BW Geleatus dengan menunjukkan foto burung tersebut. Burung yang berekor pendek, berwarna coklat dengan burik abu-abu di perut, memiliki dahi dan garis alis hitam, iris merah tua, paruh hitam, dan kaki merah muda serta berukuran 16 sentimeter ini telah dinyatakan hilang selama 172 tahun dan beruntungnya jenis burung ini ditemukan kembali. Burung ini adalah burung Pelanduk Kalimantan (Malacocincla perspicillata). read more

Asu Kikik si Anjing Hutan Asli Indonesia

Penulis : Refandy Dwi Darmawan

Lucu dan menggemaskan. Mungkin kata-kata tersebut yang terbesit dalam benak beberapa orang ketika mendengar kata anjing. Anjing merupakan salah satu satwa yang telah didomestikasi dan menjadi sahabat manusia sejak 15.000 tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan satwa ini memiliki kecerdasan dan kesetiaan kepada manusia. Namun tahukah sobat bahwa Indonesia memiliki spesies anjing hutan yang hidup di alam liar. Satwa ini berasal dari spesies Cuon alpinus.

Sumber: id.wikipedia.org

Di Indonesia Cuon alpinus terbagi menjadi dua subspesies yaitu Cuon alpinus javanicus dan Cuon alpinus sumatrensis yang secara berurutan masing-masing endemik di Jawa dan Sumatera. Satwa ini memiliki panjang tubuh ±90 cm serta tinggi sekitar 50 cm. Tubuhnya ditutupi rambut berwarna coklat kemerahan pada bagian punggung dan krem pucat sampai putih kotor pada bagian bawah. Ekornya memiliki panjang antara 40-45 cm serta berwarna kehitaman pada ujungnya. Satwa liar yang biasanya hidup berkelompok ini biasa disebut Ajag. read more