Penulis: Ridwan Guntoro
Disadari atau tidak dengan punahnya harimau sumatera berarti adalah punahnya spesies terakhir harimau yang berada di Indonesia. Kita tahu bahwa harimau jawa dan harimau bali telah dinyatakan punah, dan disadari atau tidak kita telah kehilangan sumber ilmu pengetahuan kita ditahun 1940-an dan 1970-an dimana masing-masing harimau jawa dan harimau sumatera dinyatakan punah. Energi dan semangat untuk melakukan berbagai tindakan untuk mempertahankan tidak didapatkan oleh harimau jawa dan harimau bali. Namun, saat ini memungkinkan menjadi waktu untuk memberikan perhatian terhadap spesies terakhir harimau.
Harimau sumatera memiliki posisi penting bagi ekosistem dimana dia berada. Posisinya adalah puncak rantai makanan dalam ekosistem. Arti penting puncak ini adalah suatu spesies yang berarti menjadi puncak dalam konsumsi dan berperan sebagai penyeimbang dalam suatu ekosistem. Mungkin kita perlu menyegarkan ingatan mengenai puncak rantai makan dan pengatur keseimbangan ekosistem. Pengatur keseimbangan yang dilakukan oleh harimau sumatera adalah pengaturan yang dilakukan secara alami melalui aktivitas pemangsaan. Perlu diketahui bahwa harimau sumatera adalah hewan karnivora yang berarti pemakan daging, dan hewan ini adalah predator yang berarti hewan ini mendapatkan makanan dengan cara memburu mangsanya.
Bagaimana harimau sumatera mengatur ekosistem agar tetap seimbang? Beberapa peneliti menyebutkan harimau sumatera mengatur bagaimana kepadatan satwa yang menjadi mangsanya. Harimau sumatera memiliki sifat untuk memilih mangsa yang mudah didapatkan. Ini adalah sifat oportunistik satwa secara umum dan juga dimiliki oleh harimau sumatera. Mangsa yang terlalu padat disekitar lokasi harimau sumatera akan menjadi mangsa yang mudah untuk harimau sumatera. Pengurangan kepadatan spesies di sekitar harimau sumatera akan memunculkan ruang bagi spesies lain. Spesies lain akan memenuhi ruang kosong yang ditinggalkan spesies yang termangsa harimau sumatera. Kemudian, mangsa yang telah menempati ruang akan berkembang dan mencari makan. Ketika hal tersebut terjadi, maka spesies baru yang hadir tersebut kemudian juga akan menjadi mangsa bagi harimau sumatera.
Paragraf diatas merupakan salah satu alasan mengapa harimau sumatera masih perlu dipertahankan dalam memainkan peran menjaga keseimbangan ekosistem. Kembali mengenai permasalahan punahnya harimau sumatera, harimau sumatera hingga saat ini mengalami berbagai tekanan yang menyebabkan populasinya menurun. Tiga permasalahan utama harimau sumatera antara lain: 1. Perburuan yang menjadi permasalahan langsung penurunan populasi harimau sumatera, 2. Berkurangnya habitat bagi harimau sumatera (bukan sekadar habitat seadanya, namun habitat yang baik dan mampu menunjang kehidupan harimau secara berkelanjutan), dan 3. Berkurangnya spesies mangsa.
Perburuan terhadap harimau sumatera terjadi diakibatkan dua motivasi utama yaitu perburuan harimau sumatera karena bagian tubuhnya diminati oleh pasar dan yang kedua adalah harimau sumatera berkonflik dengan masyarakat. Permasalahan ini sering kita dengar dalam berita-berita mengenai penangkapan terhadap pelaku pemburu harimau sumatera dengan motif untuk diperjual-belikan. Kemudian, berkaitan dengan perburuan yang merupakan akibat adanya konflik dengan harimau sumatera, sering kita mendengar antara masyarakat yang hidup disekitar habitat harimau sumatera. Permasalahan perburuan hingga saat ini menjadi perhatian dari berbagai kalangan. Insentif terhadap perburuan diwujudkan dengan berbagai hal mulai dari pencegahan hingga penegakan. Namun, kita masih sering mendengar berita semacam itu yang berarti penurunan populasi harimau sumatera masih terus terjadi.
Kedua mengenai habitat harimau sumatera yang terus berkurang. Berkurangnya habitat harimau sumatera ditandai dengan berkurangnya luas tutupan lahan berupa hutan dan tergantikan oleh fungsi lain baik perkebunan maupun tutupan lahan lain. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa saat ini telah ditetapkan 12 lokasi intensif untuk penyelamatan harimau sumatera yang berlokasi di hutan-hutan tersisa di pulau sumatera. Hutan-hutan tersisa ini menjadi habitat tersisa bagi harimau sumatera. Lokasi ini sering disebut dengan Tiger Conservation Landscape. Namun sayangnya, keberadaan hutan tersisa ini belum tentu bisa mempertahankan kelestarian harimau sumatera. Mengingat, hutan-hutan tersisa ini terpisah jauhnya antar hutan satu dengna hutan yang lain. Terpisahnya sisa hutan tanpa penyambung atau yang disebut koridor ini sangat memungkinkan percepatan kepunahan lokal harimau sumatera.
Ketiga mengenai berkurangnya mangsa, sebagaimana manusia, harimau sumatera membutuhkan mangsa sebagai proses metabolisme tubuh. Permasalahan berkurangnya mangsa tentunya akan berampak pada kelestarian dari harimau sumatera. Tidak adanya mangsa berarti tidak adanya sumberdaya untuk bertahan hidup maupun reproduksi untuk melanjutkan kelestarian. Beberapa peneliti bahkan secara spesifik menyebutkan kriteria tertentu bagi mangsa harimau sumatera. Kriteria mangsa harimau sumatera sering dikaitkan dengan ukuran yang sepadan dengan harimau sumatera. Namun seiring meningkatnya tekanan terhadap mangsa dan berkurangnya mangsa memungkingkan harimau sumatera harus beradaptasi dengan mangsa tersedia.
Hingga saat ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengusahakan harimau sumatera tetap lestari di habitat aslinya, alam liar. Mungkin menjadi menggemaskan melihat berbagai tayangan di youtube mengenai harimau yang menjadi hewan jinak dan berhasil berkembangbiak. Namun perlu diperhatikan harimau merupakan satwa liar dan memiliki peran terhadap ekosistem dimana dia berada. Menjadi sangat bijak untuk melakukan tindakan yang menjaga dan melestarikan harimau sumatera beserta habitatnya. Untuk seutuhnya menjadikan harimau sumatera tetap sebagai satwa liar.
Referensi:
Imron, M. A. (2011). An individual-based model approach for the conservation of the Sumatran tiger Panthera tigris sumatrae population in central Sumatra. January, 1–200. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1069.0641
Sunquist, M. (2010). What Is A Tiger? Ecology And Behavior. In Tigers of the World (Second Edi, pp. 19–33). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-8155-1570-8.00002-5
Wibisono, H. T., & Pusparini, W. (2010). Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae): A review of conservation status. Integrative Zoology, 5(4): 313–323. https://doi.org/10.1111/j.1749-4877.2010.00219.x