Yearly Archives: 2021

21 posts

Sumber Foto : Indonesian Wildlife Photography

Wildlife Photography : Edukasi Satwa Liar Melalui Media Fotografi

Penulis : Akbar Wahyu Illahi

Sumber Foto : Indonesian Wildlife Photography

Indonesia merupakan negara yang dilewati garis zamrud khatulistiwa dan memiliki iklim tropis. Kondisi geografis inilah yang menyebabkan melimpahnya keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna ditemukan di Indonesia. Potensi ini sudah sepatutnya digunakan sebagai wadah pembelajaran bagi generasi muda supaya pengetahuan mengenai kenakeragaman hayati tetap tumbuh sehingga kedepannya dapat menjadi bekal untuk mencintai dan menjaga keanekaragaman hayati ini tetap lestari. Salah satu cara edukasi yang mudah diterima dan dipahami masyarakat luas berkaitan dengan fauna yaitu melalui media fotografi. read more

Ular Naga (Xenodermus javanicus) Penunggu Pulau Jawa

Penulis : Miftahulhuda

Pulau Jawa menyimpan banyak misteri, salah satunya dengan keberadaan ular naga (Dragon Snake) yang mendiami Pulau Jawa. Ular naga disini bukanlah ular yang bersayap seperti yang digambarkan dalam mitos ataupun diceritakan dalam how to train your dragon. Ular naga yang dimaksud adalah ular dari family Xenodermidae dengan nama spesies Xenodermus javanicus. Dari nama latin sudah bisa ditebak bahwa spesies ini endemik dari pulau jawa.

Sumber: http://www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html

Mengapa disebut dengan ular naga? Hal ini tidak lepas dari bentuk morfologi dari ular ini yang berbeda dengan ular lain pada umumnya dan juga mirip ataupun menyerupai naga meskipun tidak memiliki sayap dan tidak bisa menyemburkan api. Kulit dari ular ini lebih kasar dari ular lain dan hampir mirip kulit biawak serta di daerah dorsal atau punggungnya ada barisan sisik atau duri yang berjajar rapi sepanjang tubuhnya yang disebut tonjolan hemipenial. Ukuran tubuhnya relative kecil dengan kisaran panjang kurang lebih 50 cm dengan ukuran betina bisa lebih besar dibandingkan dengan ukuran jantan. read more

Ada Apa dengan Perairan Natuna?

Penulis : Fabian Ayu

Photo by: Yogi ES/Mongabay Indonesia

Pada tanggal 20 Maret 2021 lalu, warga Kabupaten Natuna menemukan bangkai binatang laut yang membusuk mengapung di perairan Desa Kelanga. Danielle Kreb, Scientific Program Manager Yayasan Konservasi RASI memastikan bahwa binatang laut yang terdampar tersebut adalah paus baleen. Paus ini masuk dalam golongan paus mysticeti atau tidak bergigi dengan ciri khas memiliki dua rahang yang tidak bersambung dan berbentuk seperti gading gajah. Seminggu setelah ditemukan bangkai paus baleen ini, warga kembali menemukan lumba-lumba yang terluka di bibir pantai. Jika dilihat dari google map, pantai tempat lumba-lumba ditemukan hanya berjarak 48 km dari tempat ditemukannya paus baleen. Idris, Ketua Rapala, mengatakan bahwa masyarakat setempat sadar akan pentingnya konservasi sehingga mereka sempat menolongnya dan melepaskan kembali ke laut. Selain dua kejadian tersebut, sebelumnya juga telah banyak ditemukan mamalia laut yang mati terdampar di Kepulauan Natuna ini. Kemudian apa yang menjadi penyebab terjadinya fenomena ini? read more

Hilang dan Ditemukan, apa itu Burung Pelanduk Kalimantan?

Penulis : Lusi Heraningtyas

15 Oktober 2020 dua orang pemuda, Muhammad Suranto dan Muhammad Rizky Fauzan menemukan burung dari hutan di Kalimantan yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya. Rasa penasaran akan jenis burung tersebut membuat mereka bertanya ke kelompok pengamat burung, BW Geleatus dengan menunjukkan foto burung tersebut. Burung yang berekor pendek, berwarna coklat dengan burik abu-abu di perut, memiliki dahi dan garis alis hitam, iris merah tua, paruh hitam, dan kaki merah muda serta berukuran 16 sentimeter ini telah dinyatakan hilang selama 172 tahun dan beruntungnya jenis burung ini ditemukan kembali. Burung ini adalah burung Pelanduk Kalimantan (Malacocincla perspicillata). read more

Teori Ekologi Sosial: Alternatif untuk Keberhasilan Konservasi Sumber Daya Hutan

Penulis: Gilang Passasi

Apa yang membuat konservasi menjadi polemik dari upaya perlindungan hutan? Mungkinkah tata kelola informasi yang kurang baik atau memang ada kekeliruan fundamental dalam upaya konservasi sumber daya hutan di Indonesia?

Kita -konservasionis- cenderung selalu berpikir bahwa konservasi sumber daya hutan hanya dapat diwujudkan dalam koridor penyeimbangan fungsi ekologi. Dalam studi maupun penelitian-penelitian klasik, ekologi oleh Ernst Haeckel (1834–1919) dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara kehidupan alamiah makhluk hidup dengan lingkungannya. Misalnya: ekosistem mangrove dapat lestari jika kita memperhatikan kaidah pengaturan tiga pola penanaman mangrove, kandungan oksigen terlarut dan salinitas air; atau ekosistem hutan akan lestari jika kita memperhatikan faktor-faktor abiotik dan biotik yang berguna bagi pertumbuhan pohon maupun perkembangan satwa di dalamnya. Memang teori itu benar adanya melalui observasi dan riset di kalangan peneliti. Namun, akan menjadi salah kaprah jika kita berpikir bahwa itu cukup untuk menyelamatkan hutan dari kehancuran. read more

Asu Kikik si Anjing Hutan Asli Indonesia

Penulis : Refandy Dwi Darmawan

Lucu dan menggemaskan. Mungkin kata-kata tersebut yang terbesit dalam benak beberapa orang ketika mendengar kata anjing. Anjing merupakan salah satu satwa yang telah didomestikasi dan menjadi sahabat manusia sejak 15.000 tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan satwa ini memiliki kecerdasan dan kesetiaan kepada manusia. Namun tahukah sobat bahwa Indonesia memiliki spesies anjing hutan yang hidup di alam liar. Satwa ini berasal dari spesies Cuon alpinus.

Sumber: id.wikipedia.org

Di Indonesia Cuon alpinus terbagi menjadi dua subspesies yaitu Cuon alpinus javanicus dan Cuon alpinus sumatrensis yang secara berurutan masing-masing endemik di Jawa dan Sumatera. Satwa ini memiliki panjang tubuh ±90 cm serta tinggi sekitar 50 cm. Tubuhnya ditutupi rambut berwarna coklat kemerahan pada bagian punggung dan krem pucat sampai putih kotor pada bagian bawah. Ekornya memiliki panjang antara 40-45 cm serta berwarna kehitaman pada ujungnya. Satwa liar yang biasanya hidup berkelompok ini biasa disebut Ajag. read more