Penulis: Medinfo FORESTATION
Predator avoidance mechanisms adalah perilaku hewan yang menghindar ketika mendeteksi pemangsanya berada di sekitar mereka. Perilaku ini merupakan salah satu mekanisme survival hewan selain anti-predator mechanisms. Mekanisme menghindari predator ini berkembang karena adanya persentase keberhasilan pemangsaan yang tinggi, sehingga memaksa mangsa untuk mengambil langkah flight dibandingkan dengan fight. Keberadaan pemangsa dideteksi melalui indera penglihatan, pendengaran, chemosensory, atau getaran.
Beberapa cara yang dilakukan oleh satwa untuk menghindari predator yaitu membatasi waktu mencari makan, menghindari mencari makan di habitat milik predator, dan hidup dalam kelompok (grouping). Studi yang dilakukan oleh Edwards (1983) menunjukkan bahwa induk moose dengan anaknya memilih untuk tinggal di daerah tanpa serigala –predator mereka– meskipun kualitas pakannya lebih rendah daripada di area yang terdapat serigala, yang menunjukkan mekanisme menghindari predator. Terdapat pula strategi lain untuk menghindar dari predator, yaitu dengan menyamar. Kamuflase atau cryptic coloration sering dijumpai pada satwa air seperti gurita dan udang. Ketika predator terdeteksi, satwa air tersebut akan mendekat ke arah karang dan menyamar dengan lingkungan sekelilingnya. Beberapa satwa bahkan dapat menirukan tekstur dari objek yang ada di sekitarnya.
Referensi:
Brodie Jr., E.D., Formanowicz, D., and Brodie III, E.D. 1991. Predator avoidance and antipredator mechanisms: Distinct pathways to survival. Ethology Ecology & Evolution, 3: 73-77.
Edwards, J. 1983. Diet Shifts in Moose Due to Predator Avoidance. Oecologia, 60 (2): 185-189.
Ludwig, D. and Rowe, L. 1990. Life-History Strategies for Energy Gain and Predator Avoidance Under Time Constraints. The American Naturalist, 135 (5): 686-707.
Morse, D.H. 1977. Feeding Behavior and Predator Avoidance in Heterospecific Groups. BioScience, 27 (5): 332-339.