Mengenal Ecotourism Tangkahan di Taman Nasional Gunung Leuser

Penulis : Arif Yoga Pratama

Organisasi ekowisata pertama di dunia, TIES (The International Ecotourism Society) memberikan definisi singkat mengenai ecotourism atau yang dikenal dengan ekowisata, yaitu perjalanan wisata ke wilayah yang alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal. Konsep ekowisata memiliki tujuan untuk mengusung keberlanjutan. Seperti ekowisata yang terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yaitu Ekowisata Tangkahan. Ekowisata Tangkahan ini cukup terkenal hingga mancanegara karena memiliki daya tarik tersendiri. Letak Ekowisata Tangkahan berada pada sejengkal kawasan TNGL dimana taman nasional ini pernah ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia, Tropical Rainforest Heritage of Sumatera pada tahun 2004 dan menjadi rumah terakhir bagi harimau sumatera, badak sumatera, orangutan sumatera, dan gajah sumatera.

Berkisar pada tahun 1980–1990-an, masyarakat sekitar Tangkahan sering melakukan pembalakan kayu hutan pada Taman Nasional Gunung Leuser. Setelah muncul kegiatan ekowisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan telah mengubah perilaku masyarakat dari yang awalnya perambah hutan menjadi penjaga hutan (Ginting & Soehartini, 2010). Hingga pada tahun 2001 masyarakat Tangkahan berhimpun untuk menyepakati peraturan desa untuk melarang aktivitas eksploitasi hutan secara ilegal dan lahirlah Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Kemudian pada bulan April 2002, LPT memohon izin pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata alam yang didasarkan pada MoU dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas 17.500 Ha.

Sumber : Barry Kusuma diambil dari Kompas.com

Terletak di Desa Namo Sialang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Kawasan Ekowisata Tangkahan ini cukup jauh pusat kota Medan. Namun kini aksesibilitasnya semakin mudah karena sudah terdapat jalan tol Medan–Binjai sehingga kini waktu tempuh rata-rata dari pusat kota Medan sekitar 3–4 jam. Menelusuri Ekowisata Tangkahan tak akan maksimal bila hanya berkunjung harian. Ada banyak sekali atraksi yang ditawarkan di Ekowisata Tangkahan, idealnya wisatawan dapat mencoba menjelajahi kawasan ini sambil menginap. Diketahui sejak tahun 2013, terdapat Sembilan penginapan yaitu Eco Lodge, Jungle Lodge, Mega Inn, Green Lodge, Linnia Resort, Ulik Sabar Inn, Gajah Lodge, Masta Inn, dan Tangkahan Inn. Atraksi paling terkenal berupa tracking gajah bersama mahout. Pengunjung dapat menunggangi gajah sambil menelusuri hutan hujan tropis Leuser selama 1-2 jam atau menunggangi gajah selama 4 hari 3 malam dari Tangkahan ke Bukit Lawang. Selain itu, atraksi yang ditawarkan berupa memandikan gajah sumatera, arung jeram dengan tubbing, mandi di sungai, berkemah di camping ground, susur gua alam, mengamati atraksi satwa dan menyaksikan atraksi budaya lokal sambil menikmati kuliner khas lokal. Fasilitas lain yang tersedia berupa Visitor Centre, papan interpretasi, jalan trail, camping ground, dan warung makan tradisional milik masyarakat setempat.

Keberadaan ekowisata nyatanya mampu mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Masyarakat yang dulunya giat merambah hutan kini beralih untuk menjaga kelestarian hutan. Dengan adanya ekowisata, tentunya kawasan konservasi semakin terjaga karena pemanfaatannya pun mengarah dengan prinsip yang lestari dan berkelanjutan. Ekowisata Tangkahan merupakan potret keberhasilan dari kerjasama dengan banyak pihak untuk mendukung perlindungan kawasan taman nasional. Hal ini memberikan multiplier effect pada peningkatan kesadaran masyarakat, dan kawasan hutan di sekitarnya.  Ekowisata Tangkahan kini tak hanya dikenal oleh masyarakat setempat saja, namun menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Lebih dari 40.000 wisatawan lokal mengunjungi Tangkahan setiap tahunnya sedangkan angka wisatawan mancanegara sudah menyentuh angka 6000 orang setiap tahunnya (Wiratno, 2013). Pada pencarian di mesin Google menunjukkan 30.300 hasil dalam waktu 0.40 detik sehingga Ekowisata Tangkahan layak menyandang gelar “The Hidden Paradise of North Sumatera”.

 

Sumber :

Ginting, Y., Dharmawan, A. H., & Soehartini, S. (2010). Interaksi komunitas lokal di taman nasional gunung leuser: studi kasus kawasan ekowisata Tangkahan, Sumatera Utara. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(1).

OIC (2009) Buku Saku  Menuju Taman Nasional Gunung Leuser : Tangkahan. Medan : YOSL-OIC.

Trihangga Ahtu. (2011). Ekowisata Tangkahan. https://gunungleuser.or.id/ekowisata-tangkahan/ . Diakses pada Minggu, 8 Mei 2022 pukul 23.16 WIB.

Wiratno (2013) Dari Penebang Hutan Liar ke Konservasi Leuser, Tangkahan dan Pengembangan Ekowisata Leuser. Medan : YOSL-OIC.

https://amp.kompas.com/travel/read/2017/09/28/103400427/ekowisata-tangkahan-raup-pendapatan-rp-12-miliar-per-tahun.

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.