Asu Kikik si Anjing Hutan Asli Indonesia

Penulis : Refandy Dwi Darmawan

Lucu dan menggemaskan. Mungkin kata-kata tersebut yang terbesit dalam benak beberapa orang ketika mendengar kata anjing. Anjing merupakan salah satu satwa yang telah didomestikasi dan menjadi sahabat manusia sejak 15.000 tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan satwa ini memiliki kecerdasan dan kesetiaan kepada manusia. Namun tahukah sobat bahwa Indonesia memiliki spesies anjing hutan yang hidup di alam liar. Satwa ini berasal dari spesies Cuon alpinus.

Sumber: id.wikipedia.org

Di Indonesia Cuon alpinus terbagi menjadi dua subspesies yaitu Cuon alpinus javanicus dan Cuon alpinus sumatrensis yang secara berurutan masing-masing endemik di Jawa dan Sumatera. Satwa ini memiliki panjang tubuh ±90 cm serta tinggi sekitar 50 cm. Tubuhnya ditutupi rambut berwarna coklat kemerahan pada bagian punggung dan krem pucat sampai putih kotor pada bagian bawah. Ekornya memiliki panjang antara 40-45 cm serta berwarna kehitaman pada ujungnya. Satwa liar yang biasanya hidup berkelompok ini biasa disebut Ajag.

Ajag merupakan salah satu predator yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Sebagai predator, ajag memiliki peran untuk mengendalikan populasi mangsa melalui proses pemangsaan yang dilakukannya. Namun populasi ajag di alam liar terus mengalami penurunan. Bahkan menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2015, ajag termasuk dalam kategori endangered. Hal ini berarti satwa ini menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu dekat. Bukannya tanpa sebab, menurunnya populasi ajag dikarenakan oleh beberapa hal yaitu berkurangnya habitat sebagai ruang jelajah, berkurangnya populasi mangsa, serta perburuan.

Berkurangnya habitat yang layak dan sesuai menyebabkan ruang dan daya jelajah ajag semakin kecil.  Tentu saja hal ini juga menyebabkan populasi prey yang dimangsa oleh ajag menjadi berkurang. Sedangkan perburuan terhadap ajag umumnya disebabkan oleh konflik dengan manusia. Terbaru pada bulan Desember 2020 terjadi perburuan terhadap satwa yang memiliki nama lokal asu kikik ini. Perburuan ini dilakukan karena kematian sejumlah hewan ternak yang diduga disebabkan oleh ajag. Hal ini mengindikasikan bahwasanya ketersediaan mangsa ajag di habitatnya kini berkurang. Jika ditarik benang merah sebab-sebab menurunnya populasi ajag saling berkaitan satu sama lain. Pada akhirnya keberadaan ajag di alam perlu dijaga dan dilestarikan agar keberlangsungan ekosistem tetap seimbang.

Referensi:

Durbin, L.S., Venkataraman, A., Hedges, S. and Duckworth, W., 2004. South Asia—south of the Himalaya (oriental). Canids: Foxes, Wolves, Jackals and Dogs. Status Survey and Conservation Action Plan, pp.210-219.

Nugraha, R. Teja Suryo, Satyawan Pudyatmoko, Bambang Agus Suripto. 2010. Studi Pakan Ajag (Cuon alpinus javanicus) dengan Fecal Analisis di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

https://kumparan.com/ciremaitoday/6-ekor-anjing-liar-hutan-pemangsa-puluhan-kambing-di-kuningan-ditembak-mati-1urtQythMlp/full (Diakses pada: 20 Februari 2021, pukul 00.58 WIB)

https://www.greeners.co/flora-fauna/ajag-anjing-hutan-indonesia-yang-langka/ (Diakses pada: 19 Februari 2021, pukul 22.37 WIB)

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.