Ekosistem mangrove mempunyai komponen sumberdaya alam berupa bentang alam, flora, fauna dan masyarakat setempat saling berinteraksi menjadi kesatuan ekosistem yang memiliki fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial penting dalam pembangunan di wilayah pesisir. Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil. Kekomplekan ekosistem ini terlihat bahwa hutan mangrove menyumbangkan konstribusi besar detritus organik yang mendukung jaring makanan dalam ekosistem. Kekayaan sumberdaya alam mangrove berupa formasi vegetasi yang unik, satwa serta asosiasi yang ada di dalam ekosistem mangrove memiliki potensi yang dapat dijual sebagai obyek wisata, khususnya ekowisata yang menawarkan konsep pendidikan dan konservasi. Ekowisata menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas dan terjaga keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata.
Ekowisata merupakan salah satu alternatif program yang dapat diterapkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat sebagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan ekosistem mangrove. Di sisi lain, sarana dan prasarana penunjang pengelolaan serta pelayanan pengunjung yang dibutuhkan untuk pengembangan ekowisata harus memadai untuk menarik minat pengunjung atau wisatawan.
Lebih jauh pada kawasan mangrove, dengan estetika wilayah pantai yang mempunyai berjuta tumbuhan dan hewan unik akan menjadikan kawasan ini potensial bagi pengembangan konsep ekowisata. Kondisi mangrove yang sangat unik dengan potensi sumberdaya alam berupa bentang alam, flora, fauna dan kegiatan sosial ekonomi sebagai obyek dan daya tarik ekowisata. Selain itu juga sebagai model wilayah yang dapat dikembangkan sebagai sarana wisata dengan tetap menjaga keaslian hutan serta organisme yang hidup disana. Namun, dari semua nilai tersebut yang terpenting adalah nilai ekonomis, ekologis dan pendidikan yang sangat besar pada kawasan hutan mangrove.
Sebagai sebuah kawasan ekowisata dan tempat rekreasi alternatif di alam terbuka, hutan mangrove harus bersaing dengan banyak kawasan yang lebih menarik, seperti pantai berpasir, taman laut yang memungkinkan snorkeling atau penyelaman, hutan lindung, air terjun, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan pengunjung akan menjadi kotor karena substrat mangrove yang berlumpur, kecuali telah dibangun trotoar atau jembatan khusus yang melintasi kawasan mangrove dan memiliki susunan rute khusus. Selain itu juga tidak ada pemandangan indah di kawasan tersebut dengan perkiraan gelombang yang harus tepat sebelum naik perahu.
Vegetasi mangrove hanya menarik ahli botani untuk berusaha mengidentifikasi spesies pohon dan tanaman. Hal menarik yang ditawarkan di kawasan ini adalah pengunjung dapat mendengarkan suara burung dan serangga, tetapi sulit untuk benar-benar melihat burung-burung besar yang sering digambarkan dalam brosur. Meski demikian kawasan tersebut merupakan potensi wisata yang dapat dikembangkan melalui kemasan yang menarik. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam di Indonesia antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Tritih dan Segara Anakan (Cilacap Jawa Tengah). Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainny, selain itu memiliki manfaat lain, seperti :
- Manfaat ekonomi dan konservasi
- Peningkatan kesadaran lingkungan dan perubahan perilaku
- Pendukung penelitian dan kegiatan konservasi :
- Mangrove educational tour and tracking,
- Bird Watching,
- Fishing,
- Mangrove Tree Plantation or Adoption,
- Canoeing dan Boating
Penggalakan kegiatan konservasi sebagai alat dan pengikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemulihan serta pengelolaan mangrove sebagai upaya antisipasi yang dapat dilakukan merupakan kunci keberhasilan pelestarian mangrove. Upaya ini harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kegiatan ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mencapai pembangunan pesisir yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang optimum bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekaligus mempertahankan kualitas ekosistem mangrove sebagai sistem penyangga kehidupan.
Sumber :
Wardhani, M.K. 2011. Kawasan Konservasi Mangrove : suatu potensi ekowisata. Jurnal Kelautan. Volume 4. No 1. hal 60-76.