Serengeti : Surga bagi Satwa Migran di Daratan Afrika

Penulis : Tatag Suryo Pambudi

As sure as Kilimanjaro rises like Olympus above the Serengeti”

Pernah mendengar penggalan lirik di atas? Mungkin masih belum tertebak apabila hanya dari satu kalimat. Bagaimana dengan lirik di bawah ini?

It’s gonna take a lot to drag me away from you

There’s nothing that a hundred men or more could ever do

I bless the rains down in Africa

Gonna take some time to do the things we never had

Mungkin sebagian besar dari kita masih awam dengan lirik lagu di atas. Ya, kalimat di atas merupakan reff dari lagu yang dibawakan oleh band rock Amerika Serikat, Toto. Masih asing juga dengan Toto? Tenang, kalian gak ketinggalan zaman kok. Ya, Toto memang bukan band yang tenar di kalangan anak 2000-an. Tapi, Toto dan lagunya, “Africa”, yang kalian baca liriknya di atas, sempat fenomenal di tahun 80-an dan menempati beberapa tangga lagu, mulai dari Billboards Hot 100 pada tahun 1983, dan beberapa tangga lagu di Inggris, Kanada, Irlandia, Belanda, Selandia Baru, hingga Swiss. Lewat lagu Africa, Toto mengajak pendengarnya untuk jalan-jalan ke Benua Afrika.

Eitss kok malah jadi ngomongin musik, kan biasanya bahas tumbuhan, binatang, hutan, atau apa aja lah yang kaitannya sama konservasi? Tenang, satu paragraf di atas cuman intermezzo kok hehe. Di tulisan kali ini, kita akan mengulik salah satu Taman Nasional yang disebutin di dalam lirik lagu Africa. Yap, betul, Taman Nasional Serengeti. Dimana itu? Apa itu? Aku dimana? Untuk tahu lebih jelasnya, yuk kita simak beberapa fakta tentang Taman Nasional Serengeti berikut ini.

Lokasi dan Asal Usul Serengeti

Serengeti sepertinya masih menjadi kata yang asing bagi beberapa orang. Taman Nasional yang menjadi salah satu dari kawasan konservasi dengan tingkat keanekaragaman jenis yang sangat tinggi ini terletak di Tanzania, salah satu negara di Afrika Timur. Taman Nasional dengan luas 14.750 km2 ini ditetapkan menjadi Taman Nasional pada tahun 1951. Maraknya perburuan singa menjadi latar belakang utama ditetapkannya Taman Nasional, yang menjadi salah satu dari situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, tersebut. Taman Nasional Serengeti juga merupakan salah satu Taman Nasional tertua yang ada di Tanzania. Kata “Serengeti” diambil dari Bahasa Masaai yang berarti “tanah tak berujung”. Suku Masaai merupakan suku semi-nomaden asli Tanzania yang telah menduduki tanah Serengeti selama beratus-ratus tahun.

Induk dan Anak Gajah di Serengeti (Sumber : Unsplash)

Serengeti dan Peristiwa Migrasi

Taman Nasional Serengeti merupakan rumah bagi beranekaragam jenis satwa liar. Mulai dari zebra, rusa antelope, kerbau, gajah, jerapah, kuda nil, macan tutul, buaya, wildebeest, hingga singa dapat ditemukan di Taman Nasional yang menjadi daya tarik untuk berwisata safari tersebut. Peristiwa migrasi menjadi momen yang ditunggu oleh para wisatawan dari luar Tanzania, bahkan dari luar Afrika.

Peristiwa yang terjadi setiap tahun tersebut merupakan peristiwa berpindahnya satwa-satwa seperti wildebeest, zebra, kuda nil, dan jenis satwa lainnya ke tempat yang memiliki banyak sumber makanan atau memiliki cuaca yang cocok untuk berkembang biak. Ribuan satwa tersebut akan berebut menyeberangi Sungai Mara, berhadapan dengan buaya, dan kejar-kejaran dengan macan tutul serta predator lainnya untuk dapat mencapai habitat yang diinginkannya. Peristiwa migrasi dapat disaksikan oleh para wisatawan melalui balon udara, mulai dari bulan September hingga Juli.

Migrasi di Serengeti (Sumber : Unsplash)

Serengeti yang Kian Terancam

Di balik eksotisme yang dimilikinya, Serengeti ternyata menyimpan ancaman besar bagi keberlanjutannya di masa depan. Perubahan iklim, pertumbuhan penduduk, dan pembangunan infrastruktur perlahan-lahan menggerus Serengeti yang menawan dan mengencam keberadaan dari zebra, wildebeest, serta jenis satwa lainnya dari muka bumi.

Profesor Eivin Roskaft, salah satu profesor biologi dari Norwegian Univerity of Science and Technology (NTNU) Trondheim, beserta dengan beberapa negara, seperti Kenya, Tanzania, Denmark, Jerman, Skotlandia, dan Belanda mengadakan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman hayati dan fungsi serta peran dari ekosistem di kawasan Serengeti-Sungai Mara untuk mengetahui dampak ancaman tersebut terhadap keberlanjutan ekosistem di Serengeti. Menurutnya, Serengeti dapat hilang hanya dalam waktu beberapa dekade kedepan.

Iklim yang berubah, ditandai dengan suhu yang semakin hangat, musim kemarau yang semakin panjang, dengan hujan yang kadang kala sangat lebat, turut memberikan perubahan bagi ekosistem di Serengeti. Ancaman tidak hanya datang dari alam. Melonjaknya pertumbuhan penduduk di Tanzania, yang awalnya hanya sebanyak 8 juta pada tahun 1961, menjadi 50 juta penduduk pada tahun 2015 cukup mengintervensi dan mengancam keberadaan tanah Serengeti. Kebutuhan yang semakin meningkat membuat Hutan Mara menjadi sasaran untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar dan bahan bangunan.

Safari Jeep, Salah Satu Kegiatan Wisata yang Ditawarkan di Serengeti (Sumber : Unsplash)

Tidak hanya itu. Peningkatan jumlah penduduk berarti pula peningkatan jumlah fasilitas pendukung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lahan-lahan yang awalnya dapat digunakan secara bebas untuk kegiatan konservasi menjadi tersita, dan terpaksa harus dibagi untuk kepentingan manusia tersebut. Keadaan diperparah dengan wacana pembangunan jalan yang akan melintasi Taman Nasional tersebut. Wacana tersebut jelas akan mengganggu satwa yang memiliki kebiasaan migrasi tersebut.

Bagaimana? Tertarik berkunjung langsung ke Serengeti? Perlu menabung beberapa tahun untuk bisa mencapai sana. Atau, kalau mau gampang ya tinggal nonton channel Animal Planet atau NatGeo Wild saja hehehe. Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.