Mengenal Bekantan Lebih Dekat

Gambar Bekantan

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan biodiversitas flora dan fauna yang unik dan menarik untuk dipelajari. Salah satu contohnya adalah Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) adalah salah satu jenis satwa primata yang ada di Indonesia. Bekantan dicirikan oleh bentuk hidungnya yang unik, sehingga mudah dikenal diantara jenis primata lainnya. Selain hidung yang panjang dan besar, spesies ini juga memiliki perut yang buncit. Perut buncit ini akibat dari kebiasaan Bekantan mengkonsumsi makanan yang tidak imbang. Selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian, Bekantan juga memakan dedaunan. Secara umum, habitat bekantan berada di lahan basah seperti daerah hutan mangrove, hutan riparian dan hutan rawa, baik rawa air tawar maupun rawa gambut. Bekantan tersebar luas di hutan-hutan sekitar muara atau pinggiran sungai di Kalimantan. Masyarakat di Pulau Kalimantan memberi beberapa nama pada spesies Bekantan yang termasuk kera berhidung panjang ini, seperti Pika, Kera Belanda, Raseng, Bahara Bentangan dan Kahau. read more

Melihat Garis Batas Perlindungan Satwa Liar

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk flora dan faunanya. Beberapa flora dan fauna hanya ditemukan dan hanya dapat hidup dengan baik di Indonesia serta masuk dalam daftar spesies endemik Indonesia. Satwa endemik merupakan jenis hewan unik dan memiliki ciri khas yang disebabkan karena penyesuaian diri terhadap habitatnya, sehingga perlu dilakukan perlindungan. Satwa dan habitatnya merupakan salah satu bagian dari sumberdaya yang penting dan memiliki manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, yang kehadiranya tidak dapat tergantikan. Tetapi, kegiatan perburuan terus terjadi dan menyebabkan satwa terancam punah. Hasil buru telah berganti tujuan, dari bertujuan dikonsumsi, kini untuk kecantikan, obat, bahkan gengsi. Menurunnya populasi satwa, saat ini bukan hanya disebabkan perburuan liar, tetapi juga karena kebakaran hutan, pembalakan liar dan perubahan fungsi hutan untuk bertani serta bermukim. read more

Apa kau baik saja disana? Jalak Bali-ku yang mulai sekarat

Gambar  Burung Jalak Bali

(Sumber : http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/05/Jalak-Bali-Burung-Indonesia.jpg)

Jalak Bali, satu dari seribu spesies endemik di Indonesia. Jalak bali adalah permata yang masih tersisa di tanah bali, yang selalu menyongsong angin setiap waktunya. Satu dua pasang yang masih tersisa, meninggalkan sejarah pilu tentang hidupnya. Perburuan salah satunya.

Jalak Bali bertubuh sedang (25 cm) dengan bulu seluruhnya putih salju kecuali bagian ujung sayap dan ujung ekor berwarna hitam, warna kulit disekitar mata berwarna biru terang dan berjambul panjang terutama pada jantan. Burung ini terkenal karena suaranya yang merdu serta perawakannya yang elegan. Banyak mata yang tertarik memilikinya di kandang, bukan bebas di alam. read more

Ancaman Ikan Asing Terhadap Ekosistem Perairan

Pada akhir Juni lalu banyak pembicaraan mengenai pelepasan ikan Arapaima gigas di Sungai Brantas, Jawa Timur. Pelepasan ikan tersebut dilakukan oleh seseorang yang tidak diketahui namanya dan aksinya terekam dalam video yang disebarluaskan ke sosial media. Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ikan Araipama yang dilepaskan ke sungai tersebut diketahui dimiliki oleh Pursetyo, warga Kota Surabaya. Pria tersebut diketahui melepas 8 ekor Araipama ke sungai Brantas. Total ikan Arapaima yang dimiliki Pursetyo jumlahnya ada 30 ekor dengan rincian, 18 ekor ada dalam penampungannya di Surabaya, 4 ekor diserahkan ke masyarakat yang saat ini masih dalam proses pencarian oleh tim, dan 8 ekor dilepaskan ke sungai Brantas yang mana 7 ekor di antaranya sudah berhasil ditangkap kembali dengan kondisi 1 ekor sudah dalam keadaan mati. read more

Apa Kabar Sahabat Lautku?

paus

Sadarkah kita akan bahaya dari kantong plastik yang sering digunakan ? Banyaknya kantong plastik yang digunakan dan dibuang tiap hari tidak hanya akan mencemari lingkungan, namun juga dapat menyebabkan kematian satwa. Banyak satwa yang mati karena memakan sampah plastik yang dibuang sembarangan. Mereka memakan sampah plastik karena makanan alami mereka sudah sangat sulit ditemukan, padahal plastik yang mereka makan sama sekali tidak bergizi dan bahkan tidak bisa dicerna.

Pada tanggal 2 Juni 2018 lalu, Departemen Kelautan dan Sumber Daya Pesisir Thailand mengunggah di situs webnya bahwa ada seekor paus pilot yang ditemukan di sebuah kanal di Provinsi Songkhla Selatan, dekat dengan perbatasan Malaysia, dan diambil untuk dirawat dan disembuhkan. Ketika tim berusaha mengobati paus yang terluka selama beberapa hari, paus itu memuntahkan beberapa kantong plastik sebelum akhirnya mati. Hasil otopsi mengungkapkan ada 80 kantong plastik yang tersumbat di perutnya. Departemen tersebut mengatakan berat total semua plastik yang ditemukan pada hewan itu adalah 8 kg. Foto-foto yang diposting pun memperlihatkan puluhan kantong plastik yang tetap tidak bisa tercerna ditubuh paus. Ahli biologi laut Thon Thamrongnawasawat dari Kasetsart University mengatakan bahwa kantong-kantong plastik tersebut membuat sang paus mustahil memakan makanan bergizi yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup. read more

Buletin Akasia Volume 4: Biodiversitas datang lagi!

Hai, Conservationists!

Akasia kembali lagi nih! Kali ini, buletin Akasia dikemas dalam bentuk majalah. Buletin Akasia Volume 4 yang bertemakan biodiversitas ini memuat banyak informasi seperti berita-berita konservasi, kabar konservasi, perjalanan Forestation Kabinet Rubah, dan masih banyak lagi!

Untuk lebih lengkapnya, Buletin Akasia Volume 4 bisa diakses melalui link di bawah ini!

https://drive.google.com/file/d/1W6CNfca_xw_IPvjIhX99yA3JreaqfM7Y/view?usp=sharing