Gunung Kamojang, dikenal luas dengan nama Kawah Kamojang adalah sumber panas bumi di Jawa Barat, Indonesia. Dalam sejarahnya, dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, tetapi kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas bumi. Beragam satwa hidup di Kamojang, antara lain Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas). Begitu pula dengan flora seperti Jamuju (Podocarpus imbricatus), Puspa (Schima wallichii), dan Pasang (Quercus sp).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi El-Nino akan terjadi tahun ini dalam tingkatan rendah hingga moderat. Prediksi ini diperkuat dari berbagai lembaga internasional seperti International Research Institute for Climate and Society (IRI)), National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat dan Bureau of Meteorology (BON) Australia. El Nino merupakan peristiwa menghangatnya lautan lebih dari 0,5 derajat celcius di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang diikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya berbeda dari kondisi normal. Menurut update terakhir beberapa lembaga internasional pada akhir Desember tahun 2018, El-Nino terjadi di sepanjang Pasifik Ekuator akan berlangsung hingga Maret, April dan Mei.
Hai, Conservationists!
Akasia hadir lagi nih! Buletin Akasia Volume 6 ini memuat banyak informasi seperti berita-berita konservasi, kabar konservasi, kabar FORESTATION, kegiatan FORESTATION, dan masih banyak lagi!
Untuk lebih lengkapnya, Buletin Akasia Volume 6 bisa diakses melalui link di bawah ini!
Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat beragam dan berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk menambah keanekaragaman hayati Indonesia. Salah satunya, telah ditemukan katak jenis baru asli Indonesia. Katak ini diberi nama latin Microhyla gadjahmadai, sebagai bentuk penghormatan kepada Mahapatih Gadjah Mada yang telah menyatukan Nusantara. Katak ini merupakan salah satu jenis amfibi yang termasuk dalam marga Microhyla. Microhyla lebih dikenal dengan nama percil. Di Indonesia terdapat 10 jenis marga Microhyla yang 6 jenis diantaranya ditemukan di Sumatera. Katak ini dideskripsikan oleh mahasiswa program master Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Vestidhia Y. Atmaja, dengan bimbingan peneliti katak Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy. Dua peneliti ini bisa menemukan katak jenis ini di Lampung dan Bengkuli tahun 2010. Penemuan berikutnya dilakukan dengan Eric N. Smith dari University of Texas Arlington, Amerika Serikat dalam ekspedisi bersama di Sumatera tajin 2013 hingga 2015. Saat ini, koleksi referensi jenis baru katak Microhyla gadjahmadai disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Jawa Barat. Segala catatan mengenai katak jenis baru ini dipublikasikan dalam jurnal Treubia Vol. 45, Desember 2018.
Taman Nasional Komodo berada di wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang didirikan pada tahun 1980 dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs Warisan Alam Dunia pada tahun 1991 (Komodo National Park, 2016). Taman Nasional Komodo terdiri dari daerah darat dan laut, dan diberi mandat untuk melindungi komodo serta keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Adanya berbagai suguhan potensi dan keunikan di Taman Nasional Komodo menimbulkan dampak pada aspek pariwisata. Tercatat jumlah pengunjung pada tahun 2017 mencapai 122.000 dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 hingga mencapai 126.000 pengunjung antara bulan Januari-Agustus.
Para peserta pelatihan metode survei primata 2018
Pekalongan, 19 Oktober 2018 – Tahun ini merupakan keenam kalinya KP3 Primata FKT UGM bekerja sama dengan LSM Swara Owa untuk mengadakan pelatihan metode survei primata di habitat salah satu primata endemik yang sekarang populasinya menurun yaitu Owa Jawa di Sokokembang, Petungkriyono, Pekalongan. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 12-14 Oktober 2018 dengan dukungan dari berbagai pihak sponsor juga merupakan ajang memperingati hari Owa Internasional yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober. Acara yang bertujuan untuk mendorong munculnya generasi muda pegiat konservasi, peniliti primata, dan menjalin kerjasama berbagai pihak untuk mempelajari terkait konservasi primata dihadiri oleh para akademisi dari berbagai universitas lokal, instansi pemerintah, dan komunitas-komunitas lokal. Selain dikenalkan tentang teknik survei populasi primata di lapangan, kami juga mengundang para konservasionis primata yang sudah berpengalaman dari Kadoorie farm and botanic garden – China yaitu Dr. Bosco Chan yang berpengalaman dalam konservasi Owa Hainan di China, dan Dwi Yandhi Febriyanti dari Macaca Nigra Project dengan pengalamannya dalam konservasi Monyet Yaki di Sulawesi.