Arsip 2019:

June

Upaya Konservasi Dugong di Indonesia

Dugong merupakan mamalia laut anggota ordo Sirenia. Kata ”Dugong” berasal dari bahasa tagalog yang berarti nona laut atau lady of the sea. Dugong dapat ditemukan di perairan dangkal Samudera Hindia dan Pasifik. Di Indonesia dugong dapat ditemukan di perairan Pulau Bintan, Bali, Kalimatan Tengah, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sualwesi Utara, Maluku, dan Teluk Cendrawasih di Papua. Dungong mudah ditemukan pada padang lamun yang menjadi habitat pakannya. Mamalia laut ini meruapakan satwa yang dilindungi. Menurut IUCN Dogong memiliki status rentan punah (vulnerable), dan dalam CITES dugong termasuk dalam golongan Appendix I. Selain itu, dugong secara tegas dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Satwa dan Tumbuhan.

Populasi dugong kini semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan bahan informasi mengenai populasi dugong, perburuan dan pemanfaatan ilegal, terjaring secara tidak sengaja (bycacth), dan tertabrak kapal wisata atau nelayan. Selain itu terdapat penyebab lainnya, yaitu penurunan luas area padang lamun karena alih fungsi lahan yang tidak tepat, penurunan kualitas air laut, dan praktik penangkapan ikan yang merusak. Dugong yang menyandang status rawan punah dan dengan populasinya yang terus menurun, maka diperlukan upaya untuk mengkonservasi hewan ini.

Salah satu upaya konservasi dugong di Indonesia yaitu dengan diadakannya program Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) yang dimulai tahun 2016. DSCP merupakan program regional yang dilaksanakan di tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Mosambik, Madagaskar, Timor Leste, dan Vanuatu. Program ini merupakan kerjasama antara United Nation Environment Programme-Conservation Migratory Species (UNEP-CMS), Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MbZ) bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan, LIPI, WWF Indonesia, dan IPB. DSCP Indonesia merupakan program berbasis masyarakat lokal dengan jangkauan global untuk meningkatkan efektivitas konservasi dugong dan ekosistem lamun. Terdapat tiga program kegiatan DSCP Indonesia, yaitu program ID1, program ID2, dan program ID3. Program ID1 adalah  rencana aksi konservasi nasional dugong dan habitatnya, yaitu padang lamun. Program ID2 adalah meningkatkan kesadartahuan dan penelitian di tingkat nasional tentang dugong dan lamun. Program ID3 adalah pengelolaan dan konservasi dugong dan lamun berbasis masyarakat di Bintan, Kotawaringin Barat, Tolitoli, dan Alor.

Referensi :

https://www.wwf.or.id/?61102/Diskusi-Konservasi-Ada-Apa-dengan-Dugong.(Diakses tanggal 3 Juni 2016 pukul 12.24 WIB)

http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/en/beritabaru/256-dugong-dan-habitatnya-butuh-perhatian-mendesak. (Diakses tanggal 3 Juni 2016 pukul 12.25 WIB)

http://www.dugongconservation.org/media/2018/10/Presentation-template DSCP-Indonesia-Profile IND.pdf. (Diakses tanggal 3 Juni 2016 pukul 12.27 WIB)

PENGEMBANGAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI KABUPATEN KARANGANYAR (Studi Kasus Obyek Wisata Air Terjun Jumog di Kawasan Wisata Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar)

Pariwisata merupakan suatu keseluruhan elemen-elemen terkait yang didalamnya terdiri dari wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain sebagainya yang merupakan kegiatan pariwisata. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang merupakan penggerak utama sektor kepariwisataan membutuhkan kerjasama seluruh pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Daya tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata. Keberadaan Obyek dan Daya Tarik Wisata merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu wilayah yang didalamnya terdapat berbagai jenis kekayaan alam yang potensial untuk dikembangkan. Salah satunya adalah kekayaan alam yang berwujud wisata alam air terjun yang terdapat dikawasan wisata Desa Berjo yang terkenal dengan julukan air terjun kembar, yakni Air Terjun Jumog. Obyek wisata di Kawasan Wisata Desa Berjo yang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat sebagai akibat dari dilakukannya pengembangan dalam kawasan tersebut adalah Obyek Wisata Air Terjun Jumog yang saat ini menjadi destinasi wisata unggulan yang dimiliki oleh Desa Berjo dan merupakan salah satu obyek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Karanganyar.

Namun, tanpa keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam kegiatan pengembangan pariwisata pada suatu daerah yang didalamnya terdapat sumber daya potensial untuk dikembangkan, dirasa akan cukup sulit bagi obyek wisata tersebut untuk berkembang. Dengan keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat sekitar untuk terlibat langsung dalam seluruh kegiatan kepariwisataan didalam obyek wisata tersebut selain berperan untuk dapat memajukan obyek wisata itu sendiri, masyarakat sekitarlah yang nantinya juga akan ikut merasakan langsung hasil yang diperoleh dari keberhasilan pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog yang berada didaerah mereka.

Dengan semakin berkembanganya Obyek Wisata Air Terjun Jumog dan semakin banyaknya pula kunjung yang dilakukan oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah, diharapkan dengan habitus yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Berjo saat ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar mampu untuk bertahan dalam mendapatkan modal (modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik) untuk kemudian mempertahankan dan mengembangkannya didalam ranah yang dimilikinya untuk mencapai kesejahteraan dan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Seiring dengan perkembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog yang ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas pengelolaan dan pelayanan yang berpengaruh langsung terhadap meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Air Terjun Jumog, telah menjadikan masyarakat Dusun Berjo yang sebelumnya telah memiliki mata pencaharian utama sebagai petani membentuk habitus baru, terlihat dari keikutsertaan mereka untuk berpartisipasi dalam bidang pariwisata dengan berdagang makanan dan minuman di kawasan Obyek Wisata Air Terjun Jumog setiap akhir pekan selain untuk menambah penghasilan mereka, hal ini mereka lakukan juga untuk mendukung kegiatan kepariwisataan dilingkungan mereka.

Kegiatan pengembangan yang dilakukan didalam Obyek Wisata Air Terjun Jumog juga telah mulai merubah cara hidup masyarakat Dusun Berjo terutama dalam bidang perekonomian mereka. Banyak masyarakat yang berasal dari Dusun Berjo yang awalnya belum memiliki pekerjaan yang tetap, kini seiring dengan perkembangan obyek wisata tersebut, mereka memilih untuk berdagang disekitar obyek wisata Air Terjun Jumog dan menjadikan usaha dagang merkea didalam kawasan tersebut sebagai mata pencaharian tetap mereka.

Berbagai dimensi yang muncul dalam kegiatan pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog yang juga berpengaruh langsung terhadap perkembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog diantaranya adalah dimensi pendukung berupa, obyek wisata ini memiliki potensi alam yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yakni berupa air terjun yang sumber mata air nya berasal dari air tanah dan ditunjang dengan lingkungan alam didalam obyek wisata yang sejuk dan alami serta didukung dengan berbagai fasilitas yang telah disediakan oleh pihak pengelola obyek wisata Air Terjun Jumog diantaranya berupa fasilitas kolam renang, ruang pertemuan, Mushola dan sebagainya; Aksesibilitas yang mudah dijangkau oleh wisatawan karena memiliki dua jalur utama yakni dengan melalui jalan atas yang memiliki kontur jalan yang cukup tinggi dan menanjak, sedangkan jalan bawah adalah jalur datar yang dapat diakses oleh wisatawan dengan cukup mudah.

Sedangkan dimensi yang menghambat dalam pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog adalah masih minimnya gerakan pemerintah dalam memberikan pendampingan dan pelatihan untuk masyarakat dalam menghasilkan produk atau olahan khas dari Dusun Berjo. Sedangkan hambatan dilihat dari masyarakat adalah masih minimnya kesadararan dan keterlibatan masyarakat untuk ikut terlibat didalam kegiatan pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog. Hambatan lainnya adalah masih belum adanya kerajinan lokal yang menjadi oleh-oleh khas yang dapat dibeli dan dibawa pulang oleh wisatawan saat mengunjungi Obyek Wisata Air Terjun Jumog.

Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog juga memunculkan berbagai dampak sebagai akibat dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata didalam kawasan Obyek Wisata Air Terjun Jumog, yaitu :

  1. Dampak ekonomi ; membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi sebagian besar masyrakat Dusun Berjo yang belum memiliki mata pencaharian yang tetap dan telah memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat Dusun Berjo yang ikut berpartisipasi dengan menjadi pedagang di Obyek Wisata Air Terjun Jumog;
  2. Dampak sosial budaya berupa, terbentuknya berbagai organisasi dalam bidang pariwisata seperti POKDARWIS dan Kelompok Pedagang Jumog yang seluruh kegiatannya berorientasi untuk pengembangan dan kemajuan Obyek Wisata Air Terjun Jumog;
  3. Sedangkan dampak lingkungan dari kegiatan pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog adalah dapat menumbuhkan rasa untuk lebih mencintai potensi sumber daya yang ada di lingkungan Dusun Berjo dan memanfaatkannya secara bijak guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup seluruh masyarakat di Dusun Berjo.

Masyarakat yang berada didalam kawasan yang telah menjadi daerah tujuan wisata biasanya akan ikut terlibat secara langsung dalam membangun serta mengembangkan seluruh aspek pariwisata yang ada dikawasan mereka. Hal ini sering kali terjadi karena biasanya masyarakat lokal biasanya akan merawat dan mengelola sendiri potensi wisata apa yang ada didaerah mereka sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi oleh banyak wisatawan.

Dengan keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat sekitar untuk terlibat langsung dalam seluruh kegiatan kepariwisataan didalam obyek wisata tersebut selain berperan untuk dapat memajukan obyek wisata itu sendiri, masyarakat sekitarlah yang nantinya juga akan ikut merasakan langsung hasil yang diperoleh dari keberhasilan pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Jumog yang berada didaerah mereka.

Sumber: Devy, Helln A. dan R.B. Soemanto. 2011. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Kabupaten Karanganyar (Studi Kasus Obyek Wisata Air Terjun Jumog di Kawasan Wisata Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar). Jurnal Sosiologi DILEMA Vol. 32 No. 1.

PERILAKU SIMPANSE SAMA DENGAN MANUSIA KETIKA BERMAIN

Perilaku bermain tersebar luas pada mamalia, dan memiliki konsekuensi bagi perkembangan yang penting. Sebuah studi baru pada simpanse muda menunjukkan bahwa hewan ini bermain dan mengembangkan banyak cara yang sama seperti anak-anak manusia. Dalam membandingkan perilaku-perilaku ini dengan studi sebelumnya yang dilakukan pada manusia, mereka menemukan bahwa kedua spesies ini menunjukkan perkembangan kuantitatif dan kualitatif yang signifikan dalam perilaku bermain dari bayi sampai usia muda.

Studi ini, yang dipublikasikan dalam edisi 16 November jurnal PLoS ONE, dengan demikian dapat pula menjelaskan tentang peran perilaku bermain pada manusia. Para penulis studi ini, Elisabetta Palagi dan Giada Cordoni, dari Universitas Pisa di Italia, menemukan bahwa simpanse bermain soliter yang puncaknya pada masa bayi, sedangkan waktu yang dihabiskan dalam bermain sosial relatif konstan antara masa bayi dan remaja. Namun jenis permainan sosial sedikit berubah seiring pertumbuhannya, dalam hal langkah-langkah seperti pilihan kompleksitas dan teman bermainnya.

Selain itu, baik simpanse dan manusia secara konsisten menggunakan ekspresi wajah yang menyenangkan untuk berkomunikasi dan membangun jaringan sosial. Mereka juga menganalisis pilihan teman bermain dan menemukan bahwa baik manusia maupun simpanse lebih memilih rekan-rekan untuk mitra bermain. Dr. Palagi menjelaskan bahwa ini adalah penelitian pertama yang membandingkan ontogeni perilaku bermain pada simpanse dengan manusia, dalam cara yang standar. Hal ini penting, karena jenis ini pada data manusia seringkali berasal dari penelitian psikologis, bukan dari penelitian etologis.

Sumber: https://sains.kompas.com

SENI KONSERVASI

            Aku ingin tahu, sebenarnya apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “konservasi”? Aku yakin sebagian dari kalian langsung memikirkan satu hal ini, menjaga. Ya, konsep sederhana itu memang tidak salah.

            Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, pada Pasal 1 Ayat 2, pengertian Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Dengan kata lain, sebenarnya kita masih bisa memanfaatkan semua sumber daya alam yang ada, tapi yang perlu diingat, kehidupan ini ada tidak hanya untuk kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sangat membutuhkan alam. Begitu juga alam, mereka membutuhkan manusia untuk memastikan keberadaannya akan tetap terjaga.

Dewasa ini, isu tentang masalah konservasi semakin lama semakin memekakkan telinga. Mulai dari gajah yang merusak kebun dan tak jarang masuk permukiman, penurunan status kawasan Cagar Alam Kamojang dan Papandayan karena kerusakannya, semakin menurunnya populasi beberapa spesies terancam punah, dan masih banyak lagi. Mari bersama kita renungkan, dengan semua isu yang ada, muncul beberapa pertanyaan. Apakah kita sudah bijaksana dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam? Dan apakah kita sudah sama-sama paham akan pentingnya Konservasi Sumber Daya Alam?

            Sebenarnya, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat akan pentingnya konservasi. Bisa dengan cara yang banyak orang tidak sukai, seperti memaksa dengan kebijakan-kebijakan yang kadang juga tidak kita ketahui apa saja pertimbangan kebijakan itu bisa keluar dan diberlakukan. Atau bisa juga dengan cara yang lebih sopan, yaitu dengan diadakannya sosialisasi, mungkin. Atau dengan beberapa cara yang bisa dibilang kreatif.

            Ya, kreatif. Sebenarnya, ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menyuarakan pendapat kita. Ada banyak cara pula untuk mengkampanyekan sebuah gerakan perubahan, yang ketika kamu tidak bisa melakukannya sendirian, kamu harus membuat orang lain mau mendengarkanmu bahkan memperhatikanmu. Bagaimana caranya? Ada banyak.

            Tempo lalu, aku mengunjungi sebuah pameran lukisan yang ada di Jogja National Museum. Kamu tahu, apa yang mereka suguhkan di sana? Banyak lukisan yang berisi kampanye menjaga Orang Utan. Tidak hanya lukisan, mereka juga menampilkan instalasi-instalasi unik yang sarat akan makna. Lagu-lagu  bertemakan alam dan kritik dari para penyanyi indie juga turut memeriahkan acara tersebut. Apabila banyak yang mengatakan minat baca di negara kita ini kurang (tapi menurutku mulai meningkat), katakan padaku hal lain yang lebih menarik dari ini. Kamu bisa mendapatkan banyak informasi hanya dengan melihat, mengamati dan mendengarkan. Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan tempat tersebut untuk bahan hunting fotomu. Ya, kamu memiliki banyak stok foto Instagram sekarang. Sebenarnya kamu bisa melakukan banyak hal baik dengan foto-fotomu tersebut. Coba dengan mem-posting gambarmu dengan caption yang lebih edukatif. Dengan begitu, kamu ikut andil dalam upaya mengkampanyekan menjaga Orang Utan.

Sumber : penulis

            Mereka yang sadar selalu berusaha untuk membuat orang lain kembali mengingat hal-hal yang telah mereka lupakan. Sempat aku mengikuti kawanku berkunjung ke kawan lamanya. Dia adalah founder dari sebuah komunitas yang berjuang di bidang konservasi. Mereka membuat acara yang menurutku unik. Mereka menyebutnya Forest Art Camp, kalau ada yang tahu, kelompok ini bernama Berline (Bersama Lindungi Ekosistem). Acara ini tidak hanya dilakukan satu kali, tapi berkali-kali. Di acara tersebut, mereka menyuguhkan karya-karya mereka yang tidak sedikit berbahan dasar limbah. Mereka ingin mengkampanyekan bahwa hal yang remeh dan tidak bernilai apabila diolah dengan kreativitas yang tinggi akan menjadi amat bernilai. Selain itu, acara ini juga berisi art camp, workshop, pameran musik, tari, aksi lingkungan, dan masih banyak lagi. Lagi-lagi, seni menjadi daya tarik yang sangat menjanjikan untuk dapat mengumpulkan banyak masa.

            Jadi, kesimpulannya adalah ada banyak cara yang bisa kita gunakan untuk membuat orang mau mendengar kita; seni adalah salah satunya. Seni sangat mudah diterima masyarakat. Mulai dari mereka yang muda hingga tua. Terlebih lagi, seni memiliki nilai flosofis yang lebih tinggi dan lebih mudah dipahami. Mereka yang sadar telah memberikan AKSI, lalu kamu?

-cd, 2019-