Jelajah Konservasi 2016 Petungkriyono

 

                 Kata Jelajah Konservasi (JK) selalu erat kaitannya dengan nama Forestation  atau Himpunan Mahasiswa Jurusan Konservasi. Sudah seperti ritual rutin, kegiatan ini selalu diadakan setiap tahunnya. Jika beberapa tahun sebelumnya JK selalu dilaksanakan dalam kawasan konservasi,  tahun ini bersama dengan Kabinet Elang Jawa, JK dibawa jalan-jalan dan belajar di luar kawasan konservasi. Bukan berarti jenuh atau permasalahan di dalam kawasan konservasi telah selesai, tapi ada alasan khusus. Alasan ini datang ketika, kabinet Elang Jawa melihat bahwa kenyataannya kawasan di luar kawasan konservasi pun butuh dikonservasi. Contohnya seperti di Kawasan Hutan Lindung Petungkriyono.

             Petungkriyono berlokasi di Lereng Gunung Ragajambangan Kabupaten Pekalongan  pada ketinggian 900-1600 mdpl. Kawasan Petungkriyono merupakan bagian dari Dataran Dieng yang masih terjaga keasriannya. Memiliki luas 5300 Ha dengan bentang alam berupa gunung, hutan belantara, air terjun dan sungai. Kawasan ini memiliki potensi keanekaragman hayati dan ekowisata yang sangat besar. Berbagai permasalahan pengelolaan dan kepemilikan lahan menjadi faktor utama kurang tereksposnya potensi besar ini kepada halayak umum. Oleh karena itu, Elang Jawa memutuskan Petungkriyono sebagai destinasi Jelajah Konservasi tahun ini.

                Jelajah Konservasi Petungkriyono dilaksanakan pada pertengahan Agustus selama satu minggu penuh. Berangkat dari Jogja tanggal 14 Agustus 2016 dan kembali lagi pada tanggal 22  Agustus 2016. Sebanyak 60 orang, panitia dan peserta menempuh kurang lebih 8 jam perjalanan untuk sampai di  kawasan Petungkriyono. Dari kecamatan Doro, peserta harus naik Ndoplak, kita sering menyebutnya pickup, untuk sampai di dusun tujuan. Keenampuluh orang ini menginap di 3 dusun yang berbeda. Pembagiannya didasarkan pada kelompok pengamatan yang diambil.

                 Kelompok pengamatan dibagi menjadi 5 objek studi. Ada KP3 (Kelompok Pengamat Peneliti Pemerhati) Primata, Burung, Herpetofauna, Wetland dan Ekowisata. Dusun Sokokembang ditempati oleh KP3 Primata dan Herpetofauna. Menurut pengamatan sebelumnya, dusun ini mempunyai banyak data tentang Primata dan Herpetofauna. Dusun Tinalum ditempati oleh KP3 Burung. Dusun ini terletak ditengah-tengah antara ke-3 dusun lainnya, sehingga KP3 burung lebih leluasa untuk mendapatkan data. Sedangkan KP3 Wetland dan Ekowisata menempati Dusun Kayupuring. Di dusun inilah potensi ekowisata sangat mudah ditemukan.

                 Pengambilan data dilakukan selama 4 hari dengan selingan bakti sosial dan rekreasi di hari ke-3. Bakti sosial diisi dengan kerja bakti pada tiap dusun yang ditempati. Setelah sarapan pagi, para peserta dan panitia bergegas mengambil sapu lidi dan trashbag. Mereka berbondong-bondong menyapu dan mengambil sampah yang ada di sekitar jalanan dusun. Bukan hanya mendekatkan sesama teman, tetapi pada saat inilah para peserta dan panitia JK bisa lebih membaur dengan warga sekitar. Setelah melakukan bakti sosial, kegiatan dilanjutkan dengan mencoba wahana wisata air. Di Dusun Kayupuring terdapat sungai yang disebut-sebut Black Canyon Pekalongan. Sungai yang membelah hutan dengan air beningnya ini disebut warga sekitar, Sungai Welo . Sungai ini telah dikelola oleh pemuda sekitar untuk objek wisata. Para peserta dan panitia JK berkesempatan menjajal rivertracking di antara bebatuan Sungai Welo. So refreshing dan ketagihan. Tidak cukup hanya beberapa menit, tapi harus dinikmati beberapa jam.

                     Pada hari ke-6, kegiatan JK diisi dengan Pendidikan Lingkungan dan Sarasehan. Pendidikan lingkungan dilakukan pada pagi hari di 2 dusun yaitu Dusun Kayupuring dan Tinalum. Peserta dan Panitia JK mengajak adik-adik SD sekitar untuk menjaga lingkungan tempat tinggal mereka dengan cara fun. Menyanyi dan bermain bersama. Kegiatan ini bertujuan agar generasi muda sekitar bisa lebih peka menjaga potensi yang ada. Keindahan Petungkriyono harus tetap lestari dan bisa dinikmati banyak orang nantinya. Pada malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan acara Sarasehan. Berbincang-bincang santai dengan bapak-bapak dari perhutani Petungkriyono dan kepala desa. Kegiatan ini terbilang berhasil karena beberapa peserta terlihat antusias selama acara. Banyak ilmu dan beberapa pandangan baru yang bisa didapatkan dari acara sarasehan ini.

                 Hari terakhir, kegiatan JK 2016 ditutup dengan presentasi di Bappeda Pekalongan. Para peserta dan panitia JK diminta untuk memaparkan data yang didapatkan. Data ini diharapkan bisa menjadi tambahan informasi untuk perencanaan dan pembangunan Petungkriyono nantinya.

              Udara segar dan barisan perbukitan. Curug yang tertebaran dengan air yang jernih. Keramahan masyarakatnya. Adat lokal yang masih kental. Kuliner special, kopi  Sokokembang dan sego megono. Semuanya. Semoga masih pada tempatnya. Semoga potensi yang dimiliki oleh Petungkriyono tetap terjaga. Semua keindahan, keragaman hayati dan potensi wisatanya tetap lestari dan lebih berkembang.  Semoga Petungkriyono bisa dinikmati oleh banyak orang nantinya.

 

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.