forestation.fkt

93 posts

Jejak Konservasi Kalitengah

Oleh: Giot Simanullang

Kali ini kami melangkah menyusuri Desa Kalitengah, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Wilayah selatan dari kecamatan ini berbatasan langsung dengan kawasan Dataran Tinggi Dieng. Perjalanan dimulai pada Rabu, 22 Agustus 2018, pukul 13.00 WIB kami berangkat menuju Desa Kalitengah. Setelah menempuh 5 jam perjalanan kami disambut dengan udara dingin dan senyuman hangat anak-anak di desa. Beberapa hari kedepan kami akan tinggal di rumah kepala desa dan rumah salah satu warga disana. Malamnya kami melakukan briefing untuk pengamatan esok harinya sesuai dengan KP3 masing-masing. Pukul 07.00 kami pun berangkat ke salah satu curug yang letaknya tidak jauh dari Desa Kalitengah, yaitu Curug Sibiting. Di sana kami melihat 6 ekor lutung dalam satu kelompok serta mendengar suara burung Rangkong (Julang). Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju Dukuh Kaliurang, melewati rumah warga, kebun, sungai, jembatan, hutan tanaman damar dan pinus, tebing, hingga terus ke dalam hutan. Susur sungai pun tak lupa kami lakukan. Pada perjalanan kali ini kami tak menemukan primata, tapi kami bertemu dengan 3 ekor Elang Jawa yang sedang terbang rendah. Kami pun pulang karena rintik hujan sudah datang menghampiri. read more

Peran Media Sosial dalam Konservasi

     Media sosial sedang berkembang pesat di berbagai kalangan mulai dari muda hingga tua. Perkembangan media sosial ini seperti 2 mata koin yang menguntungkan maupun merugikan. Terlepas dari beberapa konten negatif maupun positif sudah sewajarnya media sosial menjadi salah satu ujung tombak dalam membagikan informasi positif. Menurut Garrison(2000) pesatnya perkembangan platform media sosial telah berhasil menjadi sarana yang baik untuk mendapatkan, berbagi, dan menyebarluaskan informasi termasuk tentang satwa liar. Konten-konten berita yang ada dalam media sosial seringkali efektif untuk menyebarkan tentang konservasi keanekaragaman hayati.
“Namun benarkah media sosial mampu menyebarluaskan informasi tentang konservasi?”.
Dilihat dari beberapa kasus sebenarnya media sosial dapat berlaku positif terhadap kejadian-kejadian yang mengurangi esensi dari konservasi. Media sosial dapat dengan cepat tersebar dan menjadi informasi bagi pencari berita terutama bagi mereka yang peduli dengan konservasi memerlukan informasi-informasi terbaru tentang konservasi. Konservasi dalam media sosial dapat diterjemahkan dalam beberapa konten informasi. Seperti contohnya pada pola perilaku manusia terhadap satwa, seringkali satwa menjadi hal menarik untuk diinformasikan. Baik terkait perdagangan ilegal maupun penyiksaan terhadap satwa informasi seperti ini sering kali menjadi trending topik dalam pembicaraan di media sosial. Selain itu dilihat dari konservasi kawasan, beberapa informasi mengenai rusaknya kawasan dapat begitu mudah diakses dan dibagikan untuk menyatakan kepedulian dan mengecam hal-hal yang merusak keindahan alam. Hal ini dapat menunjukan sikap positif dari media sosial yang mulai objek-objek yang penting untuk dikonservasi sebagai objek pertukaran informasi laris. Kesadaran terhadap sumberdaya alam walaupun belum bisa dijelaskan secara ilmiah mengapa sumberdaya alam perlu dilindungi, setidaknya mulai muncul kepedulian terhadat pentingnya menjaga apapun yang berkaitan dengan objek konservasi sehingga dapat ikut serta dalam upaya mengampanyekan konservasi secara tidak langsung.
Data media sosial juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan penting untuk terlibat dalam strategi implementasi dalam perencanaan konservasi sistematis ( Knight et al., 2006 ). Pada saat yang sama, data media sosial dapat digunakan untuk menyingkap peluang untuk perlindungan di area-area di mana misalnya, pemilik lahan pribadi dan masyarakat mendukung langkah-langkah konservasi atau melawan pembangunan yang tidak berkelanjutan. ( Margules and Pressey, 2000 ; Knight et al., 2006). Adanya kesadaran bersama mengenai pentingnya media sosial sebagai trend untuk menyalurkan informasi penting mengenai penelitian yang dikemas untuk dijadikan bahan informasi bagi masyarakat biasa. Setidaknya dengan kearifan dalam berinformasi platform-platform media sosial dapat mengajak bersama-bersama untuk ikut serta dalam konservasi keanekaragaman hayati.
“Namun, apakah kesadaran menghasilkan tindakan?”. Untuk semua niat baik, berapa banyak dari apa yang kami bagikan digunakan untuk tindakan yang tidak diketahui. Sebagai masyarakat, terlalu bergantung pada orang lain, kita hidup di zaman di mana informasi dalam jumlah tak terbatas ada di ujung jari kita; informasi yang selalu berubah dan berkembang. Sadarilah apa yang Anda posting dan bagaimana orang lain melihat kata-kata atau gambar Anda bagikan(Cheng et. Al, 2013). Sementara pengguna media sosial saat ini tidak secara sengaja terlibat dalam pengumpulan data, lebih banyak kesadaran dapat ditingkatkan dalam platform media sosial (misalnya dengan berkampanye) untuk meningkatkan peran pengawasan mereka ketika mengunjungi kawasan alam. Akibatnya, lebih banyak orang berpotensi terlibat dengan pengumpulan data dan menjadi lebih sadar tentang konservasi keanekaragaman hayati. Disaat yang sama, platform media sosial dapat lebih langsung ditargetkan untuk kampanye masyarakat ilmu terarah. Informasi tentang konservasi seharusnya tidak secara mentah disajikan namun juga diolah menjadi informasi yang dapat menyatukan aksi bersama secara keseluruhan dalam upaya konservasi. Untuk semua tantangan data dalam ilmu konservasi, tetapi, dikombinasikan dengan sumber data lain, dapat memberikan cara inovatif untuk mengatasi kebutuhan informasi tantangan konservasi di masa depan(Minin et.all, 2015). read more

Apa kau baik saja disana? Jalak Bali-ku yang mulai sekarat

Gambar  Burung Jalak Bali

(Sumber : http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/05/Jalak-Bali-Burung-Indonesia.jpg)

Jalak Bali, satu dari seribu spesies endemik di Indonesia. Jalak bali adalah permata yang masih tersisa di tanah bali, yang selalu menyongsong angin setiap waktunya. Satu dua pasang yang masih tersisa, meninggalkan sejarah pilu tentang hidupnya. Perburuan salah satunya.

Jalak Bali bertubuh sedang (25 cm) dengan bulu seluruhnya putih salju kecuali bagian ujung sayap dan ujung ekor berwarna hitam, warna kulit disekitar mata berwarna biru terang dan berjambul panjang terutama pada jantan. Burung ini terkenal karena suaranya yang merdu serta perawakannya yang elegan. Banyak mata yang tertarik memilikinya di kandang, bukan bebas di alam. read more

Ancaman Ikan Asing Terhadap Ekosistem Perairan

Pada akhir Juni lalu banyak pembicaraan mengenai pelepasan ikan Arapaima gigas di Sungai Brantas, Jawa Timur. Pelepasan ikan tersebut dilakukan oleh seseorang yang tidak diketahui namanya dan aksinya terekam dalam video yang disebarluaskan ke sosial media. Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ikan Araipama yang dilepaskan ke sungai tersebut diketahui dimiliki oleh Pursetyo, warga Kota Surabaya. Pria tersebut diketahui melepas 8 ekor Araipama ke sungai Brantas. Total ikan Arapaima yang dimiliki Pursetyo jumlahnya ada 30 ekor dengan rincian, 18 ekor ada dalam penampungannya di Surabaya, 4 ekor diserahkan ke masyarakat yang saat ini masih dalam proses pencarian oleh tim, dan 8 ekor dilepaskan ke sungai Brantas yang mana 7 ekor di antaranya sudah berhasil ditangkap kembali dengan kondisi 1 ekor sudah dalam keadaan mati. read more

Apa Kabar Sahabat Lautku?

paus

Sadarkah kita akan bahaya dari kantong plastik yang sering digunakan ? Banyaknya kantong plastik yang digunakan dan dibuang tiap hari tidak hanya akan mencemari lingkungan, namun juga dapat menyebabkan kematian satwa. Banyak satwa yang mati karena memakan sampah plastik yang dibuang sembarangan. Mereka memakan sampah plastik karena makanan alami mereka sudah sangat sulit ditemukan, padahal plastik yang mereka makan sama sekali tidak bergizi dan bahkan tidak bisa dicerna.

Pada tanggal 2 Juni 2018 lalu, Departemen Kelautan dan Sumber Daya Pesisir Thailand mengunggah di situs webnya bahwa ada seekor paus pilot yang ditemukan di sebuah kanal di Provinsi Songkhla Selatan, dekat dengan perbatasan Malaysia, dan diambil untuk dirawat dan disembuhkan. Ketika tim berusaha mengobati paus yang terluka selama beberapa hari, paus itu memuntahkan beberapa kantong plastik sebelum akhirnya mati. Hasil otopsi mengungkapkan ada 80 kantong plastik yang tersumbat di perutnya. Departemen tersebut mengatakan berat total semua plastik yang ditemukan pada hewan itu adalah 8 kg. Foto-foto yang diposting pun memperlihatkan puluhan kantong plastik yang tetap tidak bisa tercerna ditubuh paus. Ahli biologi laut Thon Thamrongnawasawat dari Kasetsart University mengatakan bahwa kantong-kantong plastik tersebut membuat sang paus mustahil memakan makanan bergizi yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup. read more

Buletin Akasia Volume 4: Biodiversitas datang lagi!

Hai, Conservationists!

Akasia kembali lagi nih! Kali ini, buletin Akasia dikemas dalam bentuk majalah. Buletin Akasia Volume 4 yang bertemakan biodiversitas ini memuat banyak informasi seperti berita-berita konservasi, kabar konservasi, perjalanan Forestation Kabinet Rubah, dan masih banyak lagi!

Untuk lebih lengkapnya, Buletin Akasia Volume 4 bisa diakses melalui link di bawah ini!

https://drive.google.com/file/d/1W6CNfca_xw_IPvjIhX99yA3JreaqfM7Y/view?usp=sharing