Penulis: KP3 Primata
Kubung sunda merupakan salah satu mamalia paralayang terbesar, yang memiliki kulit membran/selaput yang cocok untuk meluncur. Dengan selaputnya ini, seekor kubung mampu meluncur dan melayang dari pohon satu ke pohon yang lain hingga sejauh 110 m. Selaput peluncur (patagium) ini digunakan sebagai kamuflase dengan substrat yang dia hinggapi, yang menyerupai kulit kayu dan batang pohon sehingga dapat memberikan perlindungan dari pemangsa. Satwa ini merupakan satwa arboreal yang beraktivitas di malam hari dan sebagian besar memakan daun (herbivora). Selain memakan daun, ia juga memakan bunga, tunas, buah, dan getah sehingga dapat membantu penyebaran benih serta penyerbukan bunga. Kubung sunda tersebar luas di Asia Tenggara, yang meliputi Penisular Malaysia, Sabah, Serawak, Singapura, Burma, Thailand, Vietnam Selatan, dan Indonesia. Di wilayah Jawa tercatat kehadiran kubung sunda di Jawa Barat (Cagar Alam Pangandaran), Jawa Timur (Taman Nasional Meru Betiri), dan Jawa Tengah (Hutan Kemuning, Temanggung). Kubung sunda memiliki nama banyak lokal seperti kubung melayu, walangkekes, kendung dan panggilan lainnya.
Kubung Sunda merupakan satwa yang sangat arboreal yang sangat bergantung pada adanya hutan. Kubung sunda yang saat ini masih termasuk dalam Least Concern (LC) atau risiko rendah dalam IUCN Red List, harus tetap dijaga kelestariannya karena berperan dalam membantu penyerbukan dan penyebaran biji, penyeimbang ekosistem hutan dan tentunya menjaga keanekaragaman satwa. Yuk, jaga satwa ini agar tidak punah!
Referensi:
Boeadi and Steinmetz, R. 2008. Galeopterus variegatus. The IUCN Red List of Threatened Species.
https://www.mongabay.co.id/2015/02/06/kubung-sunda-mamalia-melayang-yang-menginspirasi-olahraga-wingsuit-flying/ (diakses pada 30 Januari 2020).
Sulistiowati, D. 2019. Perilaku Makan Kubung Sunda (Galeopterus variegatus Audebret, 1799) di Hutan Kemuning, Temanggung, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.