Penulis: Astri Chairunnisa
Awal tahun ini dunia konservasi dikejutkan oleh berita mengenai salah satu satwa yang dilindungi, yakni gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Ditemukan lima ekor gajah sumatera yang mati di Desa Tuwie Peuriya, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh. Awalnya BKSDA mendapat laporan dari masyarakat tentang temuan gajah mati. Namun, ketika ditelusuri gajah-gajah itu sudah tinggal tulang belulang.
Diduga gajah-gajah tersebut mati akibat terkena arus listrik. Dugaan tersebut terbentuk karena adanya pagar listrik yang dipasang untuk melindungi perkebunan sawit masyarakat di sekitar lokasi penemuan.
“Ada lima ekor gajah dari fisik tengkorak dan rahang. Empat tengkorak dan rahang ditemukan di lapangan serta tulang belulang lainnya. Tapi yang meyakini kami lima ekor itu tadi tengkorak kepala ada empat dan satu rahang. Diduga sementara karena listrik dari pagar-pagar listrik yang ada di lokasi dinaba gajah tersebut ditemukan mati,” kata Agus sebagaimana dilansir VOA, Kamis (2/1) malam.
Polisi telah melakukan olah TKP dan mengamankan tulang belulang. Namun, petugas BKSDA menemukan adanya kejanggalan. Tidak ditemukan satupun gading di lokasi temuan. Hal ini menimbulkan dugaan lain.
“Gajah diduga dibakar untuk menutupi bau dan menghilangkan jejak. Karena yang kita temukan itu ada bekas daun-daun kering, bekas dibakar di lokasi ditemukan tulang-tulang dan tengkorak,” ujar Kasat Reskrim Polres Aceh Jaya, Iptu Bima Nugraha Putra kepada RRI, Kamis (2/1/2020).
Kepala BKSDA mengatakan bahwa kasus ini telah dilaporkan kepada pihak kepolisian. Pihak kepolisian pun masih mengumpulkan barang bukti dan meminta koordinasi dari pihak PLN untuk mengetahui pemilik kebun, karena di lokasi kebun sawit itu dialiri listrik. Polisi juga telah berkoordinasi dengan kepala desa untuk menanyakan pemilik kebun, namun koordinasi dari masyarakat kurang.
WALHI Aceh menilai kematian lima ekor gajah sumatera tersebut merupakan kejadian luar biasa, karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi konflik antara gajah dengan manusia.
Referensi: