Foto Kegiatan Pengamatan Habitat
Oleh : Ryan Prihantoro
Cuaca Jogjakarta di penghujung weekend (06/4/2019) nampaknya mendukung perjalanan untuk melakukan pengamatan habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Suaka Margasatwa Paliyan. Sebuah suaka margasatwa dengan luasan 434,834 Ha yang masuk dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Saptosar, Kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 171/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian hutan Paliyan dialihfungsikan menjadi Suaka Margasatwa Paliyan. Sehingga, kawasan yang tadinya dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Yogyakarta yaitu pada petak 136 s/d 141 sebagai hutan produksi menjadi kawasan yang diperuntukkan untuk melindungi habitat monyet ekor panjang sekaligus menjadi tempat khusus untuk monyet ekor panjang tidak keluar ke kawasan penduduk (Sulistyo, 2005).
Menariknya, tahun 1998 masyarakat merambah kawasan Paliyan dan menjadikan hampir 80% dari kawasan Paliyan sebagai tempat berladang. Menurut BKSDA Yogyakarta (2005) kerusakan ekosistem yang berimbas pada kerusakan habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) membuat mereka keluar untuk mencari pakan ke kebun dan ladang masyarakat yang berada di luar Suaka Margasatwa Paliyan. Dilihat dari pengamatan yang dilakukan di sekitar Goa Jemblong, bahwa memang saat menelusuri ke dalam SM Paliyan cukup dominan tanaman pertanian yang ditanam oleh masyarakat, beberapa dilakukan dengan model pertanaman agroforestri yang terdiri dari tanaman kehutanan yaitu Jati dan tanaman pertanian yang berupa kacang, ketela pohon, rumput gajah. Habitat yang kurang cocok untuk seekor primata yang masih dalam kategori Least Concern (LC) dan Appendix II dalam CITES yang berarti belum terancam punah, akan tetapi dapat terancam punah apabila tingkat mortalitas dan perdagangannya tidak dikendalikan.
Pengamatan ini lebih memiliki tujuan pada berlatih cara pengambilan data habitat untuk primata. Simulasi pengambilan data dilakukan di sekitar Goa Jemblong yang termasuk dalam kawasan desa penyangga di SM Paliyan dengan pembagian peserta menjadi 3 kelompok yang masing-masing berjumlah 3-5 anak. Setiap peserta mengambil data persen tutupan tajuk dan tumbuhan bawah sekaligus membuat nested sampling ukuran 20 m x 20 m untuk mengidentifikasi pohon yang ada. Pengamatan dengan waktu kurang lebih 45-60 menit dilanjutkan dengan presentasi singkat masing-masing kelompok untuk hasil data yang didapatkan. Secara garis besar persen tutupan tajuk didapatkan berkisar antara 50-85%, sedangkan tumbuhan bawah berkisar antara 30-50% dengan pohon yang ditemukan dan dominan berupa Jati (Tectona grandis). Baru setelah itu terdapat penjelasan singkat mengenai hasil dari pengambilan data yang dilakukan. Sebuah perjalanan singkat mencari pengetahuan yang semoga akan bermanfaat di kemudian hari. Dari suaka sedikit suara monyet yang terdengar di hati, bahwa primata seperti mereka juga perlu ruang untuk tumbuh tanpa intervensi.
Sumber :
BKSDA Yogyakarta 2005. Suaka Margasatwa Paliyan. Diakses dari bksdadiy.dephut.go.id/halaman/2015/22/S M_Paliyan.html Pada tanggal 10 Januari 2016.
Sulistyo, Kuspriadi. 2005. Kajian Rencana Rehabilitasi Kawasan Suaka Margasatwa Paliyan. Tesis. Program Pasca Sarjana. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.