Penelitian Bersama (PB) merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Forestation dan dilakukan untuk mengembangkan ilmu serta kemampuan dari anggota KP3. Secara keseluruhan Penelitian Bersama ini bertujuan untuk mengembangkan minat dan ilmu anggota KP3, mengenalkan teknis pengambilan data melalui metode yang sesuai dengan masing-masing KP3, serta hasil dari penelitian nantinya dapat digunakan untuk melengkapi pengelola kawasan dan sebagai arsip KP3 itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 dan berlangsung selama sepuluh hari.
Blog
10 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Desember 2007, Forestation lahir sebagai himpunan mahasiswa minat Konservasi Sumberdaya Hutan di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Sebelumnya, himpunan ini bernama FORKOMKON yang kemudian berganti nama menjadi Forestation (sejarah singkat Forestation).
Selama 10 tahun ini, Forestation sudah melaksanakan program-program kerja yang tidak hanya berguna untuk mahasiswa minat Konservasi Sumberdaya Hutan di Fakultas Kehutanan UGM tetapi juga untuk pihak-pihak lain, seperti Jelajah Konservasi, Penelitian Bersama, dan program-program lainnya (yuk cek what we do untuk info lebih lanjut). Hingga saat ini, Forestation mewadahi kegiatan pembinaan kepribadian, melindungi, dan melestarikan sumber daya alam.
Oleh Farah Dini Rachmawati
Keberadaan hutan di Pulau Jawa semakin banyak yang terpinggirkan dengan adanya pembangunan. Deforestasi dan degradasi menjadi masalah yang tak terelakkan. Kawasan hutan menjadi sasaran empuk untuk menjadi permukiman ataupun dikonversi sebagai hutan tanaman jati. Mempertahankan hutan alam di Pulau Jawa bagaikan hal yang mustahil untuk saat ini.
Namun, hal yang berbeda terjadi di Desa Kemuning, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada kawasan seluas 800 Ha di desa tersebut yang masih layak disebut sebagai ‘hutan’. Orang banyak menyebutnya Hutan Kemuning. Keanekaragaman hayati di Hutan Kemuning ini masih cukup tinggi. Hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani bersama masyarakat ini masih layak untuk dihuni oleh berbagai jenis satwa. Beberapa satwa yang dilindungi masih bisa ditemukan di Hutan Kemuning, seperti Lutung Jawa, Kukang Jawa, Trenggiling, dan Elang Bido.
Jelajah Konservasi merupakan salah satu program kerja Forestation yang dilaksanakan setiap tahunnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan pengelolaan konservasi di sebuah kawasan melalui kegiatan pengamatan dan membangun relasi dengan masyarakat sekitar. Kegiatan yang mengusung tema eksplorasi alam dusun Kalipagu ini diikuti oleh baik mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM maupun dari instansi lain dengan total panitia dan peserta sebanyak 53 orang. Pada tahun 2017 ini, Jelajah Konservasi yang dilaksanakan pada tanggal 12-16 Agustus di dusun Kalipagu, Baturraden, Purwokerto .
Pada tanggal 29 April 2017, dunia digemparkan dengan pengumuman dari BOS (Borneo Orangutan Survival) Foundation bahwa mereka berhasil menyelamatkan Orangutan jenis langka, yaitu Orangutan albino. Orangutan albino betina umur lima tahun ini dinamai ‘Alba’ yang artinya ‘fajar’ pada bahasa lLtin dan ‘putih’ pada bahasa Spanyol dengan harapan mempunyai awal baru pada kehidupannya setelah hidup sengsara dan lemah.
Alba diselamatkan di desa Tanggirang, Kapuas Hulu, Kalimantan Tengah dengan kondisi sangat lemah. Dia mengalami stres, dehidrasi, dan terjangkit parasit sehingga memiliki nafsu makan yang buruk. Alba hanya mau mengonsumsi tebu dalam beberapa hari pertama berada di Orangutan Reintroduction Center, Nyaru Menteng. Alba perlu pengawasan ketat 24 jam/hari, ditambah lagi Alba memiliki sensitivitas terhadap cahaya matahari sehingga dibutuhkan perawatan intensif untuk mendapatkan informasi data penuh mengenai kondisinya.
Terobosan (baru) Urus Hutan (Konservasi) di Indonesia
Oleh Ir. Wiratno, M. Sc.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Auditorium Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada tanggal 24 Agustus 2017, Ir. Wiratno, M. Sc. selaku Dirjen KSDAE, memberikan materi mengenai “Terobosan (baru) Urus Hutan (Konservasi) di Indonesia” sebagai kuliah umum yang dihadiri oleh mahasiswa S1, mahasiswa S2 Fakultas Kehutanan, dan civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM. Berdasarkan kuliah umum tersebut, diketahui bahwa potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia tidak hanya bisa digunakan untuk wisata alam, seperti contohnya laut Indonesia yang tidak hanya berpotensi untuk snorkeling atau diving tetapi juga bisa menyediakan obat-obatan modern. Tetapi, eksploitasi yang berlebihan juga menyebabkan kerusakan. Seperti masalah yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Sleman, yang memiliki 54 jenis anggrek, salah satunya jenis anggrek endemik Vanda tricolor, terdapat dua faktor yang menyebabkan kepunahan anggrek endemik merapi tersebut, yaitu perburuan liar dan wedhus gembel. Dalam mengatasi kepunahan tersebut, dilakukan sistem untuk meningkatkan jumlah anggrek tersebut dari kepunahan yang dilakukan oleh pihak TNGM dan bekerja sama dengan fakultas kehutanan, fakultas biologi, dan komunitas peduli anggrek. Cara-cara yang dilakukan antara lain mengikutsertakan masyarakat sekitar untuk peduli dalam menjaga kawasan dengan membentuk kelompok peduli Merapi, meningkatkan populasi dengan sistem penanaman di host tumbuhan inang, dan dengan sistem adopsi anggrek untuk menarik orang agar berpartisipasi menjadi adopter anggrek.