Green Ramadhan, Momentum KLHK untuk Mendengarkan Aspirasi Masyarakat dalam Membenahi Lingkungan dan Hutan Indonesia
Green Ramadhan merupakan acara yang digelar oleh Kementerian Lingkngan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna memfasilitasi sekaligus untuk mendengarkan suara masyarakat mengenai isu lingkungan dan kehutanan di Indonesia saat ini. Pengemasan acara ini dibilang cukup unik dan menarik karena diselenggarakan setiap hari Rabu dan Jumat selama bulan ramadhan di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, yang kemudian ditutup dengan buka puasa bersama. Menariknya lagi masyarakat, komunitas, netizen, semua dipersilahkan mengikuti Green Ramadhan dengan tidak dipungut biaya apapun.
7 Juli 2017, laman resmi KLHK mengumumkan sekaligus membagikan seluruh materi yang ditampilkan dalam acara Green Ramadhan. Adapun uraian garis besar mengenai materi tersebut yaitu pada tanggal 31 Mei 2017 Hariadi Kartodihardjo membahas isu mengenai Masalah dan Rekomendasi Perbaikan Tata Kelola Perkebunan Sawit, dimana poin-poin yang beliau paparkan berupa tata kelola dan dampaknya, kinerja dan mekanismenya, serta situasi. Dalam topik tersebut beliau memaparkan solusi untuk isu yang diangkat yaitu penerapan politik perambahan diam-diam, integrasi penindakan dan pencegahan korupsi dan rekomendasi tiga teknik dalam hal pengendalian terkait isu kelapa sawit. Kemudian dilanjutkan oleh Wieko Saputra, membahas isu mengenai Jejak-Jejak Keungan Industri Sawit. Inti yang diberikan berupa informasi seputar update pasar seperti over supply dan dampaknya, aset tiap perusahaan kelapa sawit, jejak pembiayaan perbankan serta emiten sawit dan Good Corporate Governance (GCG). Pemaparan berikutnya oleh Norman Jiwan membahas isu mengenai Politik Ekonomi Industri Sawit Indonesia Ketimpangan Agraria, Krisis Ekologis dan Penghancuran SDA. Beliau memaparkan informasi dampak-dampak dari politik ekonomi industri sawit dari berbagai aspek serta keterkaitannya dengan politik, situasi dan masalah para petani yang terlibat dalam politik, serta skala grafis. Beliau memberikan solusi berupa mengeluarkan kebijakan penundaan pemberian izin baru kelapa sawit, melakukan perbaikan tata kelola perkebunan kelapa sawit di Indonesia, memperkuat perlindungan hutan alam dan lahan gambut dan mempercepat pelaksanaan kebijakan pemerataan ekonomi.
Pada tanggal 7 Juni 2017 Hariadi Kartodihardjo memberikan topik yang berjudul Dari Perbaikan Tatakelola Ekosistem Tesso Nillo Untuk Pelaksanaan PS dan RA. Memaparkan informasi seputar ekosistem dan kondisi serta kombinasi redistribusi aset, ikatan kerja (tim), political will, inovasi kegiatan Tesso Nillo. Kemudian San Afri Awang membahas isu mengenai Strategi Tora dan Piaps. Memaparkan informasi skema dan prosedur penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan hutan, kondisi geografis Tora serta langkah-langkah strategi Tora dan PIAPS. Berikutnya Nur Amalia membahas isu mengenai Percepatan Hutan Adat dan Peran CSO dalam Mengawal Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial. Beliau memaparkan poin-poin berupa land use, kelembagaan masyarakat, gambaran-gambaran (Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat) dan kemitraan. Beliau juga memaparkan informasi alur penyiapan akses PS (HD, HKM, HTR) diajukan kepada Gubernur/Menteri dalam bentuk skema dan alur pengakuan adat. Lalu Rudi Rubijaya, SP, MSc. memberikan isu mengenai Upaya Percepatan Reforma Agraria yang topiknya berintikan pada konsep dan skema reforma agraria, serta upaya percepatannya. Dilanjut oleh I Wayan Dipta memberikan isu Penguatan Koperasi untuk Percepatan Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial. Membahas isu seputar peran koperasi dari berbagai lembaga dan keuntungannya bagi petani. beliau menginformasikan strategi dalam penguatan koperasi, koperasi besar di dunia dan Indonesia, dan model pengembangan koperasi. Presentasi berikutnya oleh Kantor Staf Presiden mengungkit isu yang berjudul Upaya Meningkatkan Pemerataan di Indonesia memaparkan informasi seputar Timpangan dalam bentuk Chart dan Table.
Dialog berikutnya pada tanggal 9 Juni 2017 terdapat 3 pemateri. Pemateri pertama yaitu Drs.R.Mulyono Rahadi Prabowo. MSc membahas isu mengenai Prediksi El Nino – La Nina dan Musim Kemarau Tahun 2017. Beliau memaparkan informasi mengenai Overview Iklim 2016, Perkembangan ENSO 2017, Peluang dan Prakiraan Hujan Juli-Desember 2017 dan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017. Beliau menyimpulkan bahwa berbagai evaluasi dari data yang telah dianalisis serta prediksi untuk curah hujan dan puncak musim kemarau. Pemateri kedua adalah Tri Budiarto membahas isu mengenai Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Poin-poin yang beliau sampaikan seputar fakta kebakaran hutan, suasana masyarakat menanggapi bencana tersebut dan pandangan kedepan menanggapi permasalah ini. Pemateri ketiga adalah Bambang Hero Saharjo, memberikan presentasi dengan tema Menuju Indonesia Nir Karhutla dimana beliau memaparkan informasi seputar Nir Karhutla melalui foto dan skala grafik. Kemudian beliau memberikan langkah-langkah menuju tujuan dalam isu yang beliau bahas, yaitu Penuhi seluruh kewajiban oleh penanggung jawab usaha, utamakan tindakan pencegahan, aplikasikan aturan yang ada tanpa syarat, penegakan hukum tegas dan tanpa syarat. Kemudian dibahas topik dengan judul “Kebakaran Gambut; RAKYAT DAN NEGARA MENANGGUNG RESIKO” dimana dipaparkan informasi dimensi Karhutla di gmabut beserta dampak asap Karhutla.
Tanggal 14 Juni 2017, pematerian dilakukan oleh Hadi S. Alikodra dengan isu Membangun Bisnis Konservasi dalam Perspektif Pembangunan Wilayah. Inti dari pematerian yaitu bisnis konservasi masih belum mampu mewujudkan tujuan utamanya serta masih berfokus ke arah finnansial. Solusi yang dibutuhkan menurut beliau yaitu reengineering yang tepat. Berikutnya materi disampaikan oleh Ir. Iwan J. P. Syahlani yang merupakan Praktisi/Direktur PT Shorea Barito Wisata Taman Nasional Bali Barat. Mengangkat isu mengenai Optimalisasi Jasa Lingkungan Pariwisata Alam dalam Pembangunan Wilayah. Poin-poin yang beliau paparkan adalah bagaimana PT Shorea Barito Wisata bersama dengan TN Bali Barat mengoptimalkan wisata, peran dari kemitraan desa adat dalam mengelola baik pengujung dan area lingkungan, serta pemilihan ekowisata yang dianggap baik untuk tren pemasaan di lokasi tersebut. Dalam evaluasinya masih banyak kekurangan dan kendala yang harus segera diselesaikan. Pemaparan terakhir oleh Rinekso Soekmadi, Dekan Fakultas Kehutanan IPB. Mengangkat isu mengenai Arah Perubahan UU No 5 Tahun 1990. Menurut beliau inisisai perubahan telah berlangsung lama, seharusnya pihak yang berwenang menentukan batas akhir penentuan tersebut dan baik pemerintah maupun DPR-RI konsultasi publik seluas-luasnya.
Nationally Determined Contributions atau disingkat NDC dijadkan pokok bahasan pada Green Ramadhan tanggal 16 Juni 2017. Daddy Ruhiyat selaku Ketuan Harian DDPI-Kaltim menyampaikan perihal kesiapan Kaltim berkontribusi bagi pencapaian NDC. Mulai dari konsep, tujuan, dan progres dari Pembangunan Hijau serta pengelolaan hutan lestari dai dan oleh KPH. Selain itu juga dipaparkan mengenai 9 program NDC serta strategi implementasinya.
Pada tanggal 21 Juni 2017, ekonomi menjadi topik utama yang diperbincangkan. Circular Economy dan NDC Indonesia: TantangandDan Kesempatan untuk Masa Depan merupakan judul yang diusung oleh Satya Widya Yudha, menurut beliau dengan Indonesia menduduki peringkat 7 dalam 2015 Top Markets Study maka model circular economy ideal, segala aktivitas ditopang oleh energi bersih. Kemudian Christine Halim dari ADUPI mengangkat isu mengenai Peran Industri Daur Ulang Plastik dalam Sirkular Ekonomi Indonesia. Poin-poin yang beliau jelaskan diantaranya mengenai tujuan daur ulang dan pemanfaatan ulang pada circular economy, permasalahan dan harapan dari ADUPI untuk Daur Ulang Plastik yang adadi Indonesia. Pematerian selanjutnya dibawakan oleh Sri Wahyuni mengenai Pemanfaatan Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif Menuju Kemandirian Pangan dan Energi di Pedesaan. Menurut beliau saat ini yang harus kita lakukan adalah mencari energi alternatif dalam menyikapi permasalahan lingkungan yaitu salah satunya dengan menciptakan biogas sehingga kemandirian pangan dan energi dapat tercapai. Selanjutnya pematerian disampaikan oleh Bery Martawardaya mengenai The Circle of Economic and Life. Di Indonesia konsep ini masih pada tahap awal sehingga perlu adanya pelatihan tenaga ahli, kajian insentif, dan adanya sosialisasi yang menunjang konsep tersebut.
Forum Green Ramadhan tersebut merupakan gambaran bahwa dengan berdiskusi akan memunculkan gagasan serta masukan yang bermanfaat bagi sektor lingkungan dan kehutanan Indonesia. Bagi anda yang ingin mendapatkan materi yang ditampilkan dalam acara Green Ramadhan dapat mengunduh lewat link berikut https://drive.google.com/file/d/0BwZR0XLr5K5AOTJrZkhwejhkME0/view
Sumber gambar: Instagram KLHK