Penulis: Fanny D. Ningrum
Perusahaan ini memiliki total area konservasi seluas 12.318 hektar di wilayah Sanggau dan total area luas konservasi seluas 23.000 hektar di wilayah Kubu Raya dan Ketapang. Fungsi area konservasi diperuntukkan sebagai kawasan penyangga untuk menyuplai air di daerah yang lebih rendah serta difungsikan untuk lokasi konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan flora dan fauna khas. Salah satu fauna yang dilindungi yaitu orang utan. Orang utan termasuk ke dalam ordo primate dan family pongidae. Orang utan yang ada di area konservasi ini adalah jenis Bornean (Pongo pygmeus) yang memiliki wajah bulat dengan warna rambut merah tua. Orang utan termasuk jenis satwa liar yang tidak dapat berenang dan menghabiskan sebagian besar waktunya di pepohonan. Orang utan membuat sarang di pepohonan yang digunakan untuk tidur. Sarang tersebut terbuat dari ranting dan dedaunan.
Sarang orangutan diklasifikasikan menjadi 2 yakni berdasarkan kelas sarang dan posisi sarang. Kelas sarang dibedakan dari umur suatu sarang sedangkan posisi sarang dibedakan dari letak sarang pada suatu pohon. Selain itu, orang utan membuat sarang baru setiap hari. Sarang yang dibuat yakni sarang siang hari (day nest) dan sarang malam hari (night nest). Day nest dibuat lebih sederhana dan tidak memiliki bagian bantal sedangkan night nest dibuat lebih hati-hati, nyaman, serta memiliki bagian bantal untuk tidur.
Survei orang utan sebagai salah satu contoh monitoring satwa dapat dilakukan dengan membuat jalur transek. Titik awal jalur transek diambil sejauh 100 m ke dalam dari tepi area konservasi. Selanjutnya, jalur transek dibuat sepanjang 1 km dengan interval pengamatan tiap 500 m. Pengamatan yang dilakukan meliputi kelas sarang, posisi sarang, jenis pohon, diameter pohon, dan pohon pakan di sekitarnya. Kelas sarang terdiri dari lima grade, yaitu A (berumur 1-3 hari dan masih segar), B (berumur 5-14 hari), C (sarang mulai berwarna kuning dan masih bagus), D (sarang sudah berlubang), dan E (sarang tinggal menyisakan rangka dedaunan dan ranting).
Sayangnya, hingga survei sarang primata berakhir kami tidak bertemu dengan orang utan melainkan hanya jejak berupa sarang yang telah ditinggalkan oleh orang utan tersebut. Sarang orang utan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni berdasarkan kelas sarang dan posisi sarang.
Daftar pustaka:
Prasetyo, Didik & Ancrenaz, Marc & Morrogh-Bernard, Helen & Atmoko, S. & Wich, Serge & Schaik, Carel. 2009. Nest Building in Orangutans. 10.5167/uzh-31344.