KP3 Wetland

Wetland Bulat

Kelompok Pengamat Peneliti Pemerhati Wetland merupakan kelompok studi yang terfokus pada kawasan yang berhubungan erat dengan daerah–daerah peralihan dari darat ke air, meliputi daerah–daerah rawa, hutan mangrove, lahan gambut, sungai maupun perairan asin. Kelompok studi ini mencakup aspek pengamat, peneliti, maupun pemerhati. Untuk mendukung ketiga aspek tersebut tercapai, dibuat lah kegiatan seperti pematerian dengan maksud agar anggota mampu memahami topik yang akan dibahas sebelum terjun kelapangan dan pelatihan dengan maksud agar anggota mampu mengaplikasikannya saat di lapangan.


Pelatihan Penerapan Metode dan Pengenalan Cara Kerja Alat oleh KP3 Wetland

Yogyakarta—pada 5 Februari 2018 dilakukan pelatihan mengenai penerapan metode dan pengenalan alat oleh KP3 Wetland. Pelatihan ini dilakukan dalam rangka persiapan Penelitian Bersama yang akan dilaksanakan pada 16-25 Februari 2018. Pelatihan yang diadakan di Sungai Gajahwong, Babarsari, ini diikuti oleh 10 anggota KP3 Wetland dengan oleh Annisa Nanda dan Prasetya Ananta.

Dalam pelatihan ini, KP3 Wetland mengambil data faktor fisik air berupa suhu, kejernihan, kecepatan aliran, debit air, dan sedimentasi. Untuk pengenalan alat dijelaskan cara pemakaian plankton net kepada para anggota KP3 Wetland. Selain itu, dalam pelatihan ini juga dijelaskan cara membuat Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS) oleh M Gustav Ali Haidar selaku koordinator KP3 Wetland.

Pelatihan ini dilakukan pada saat kondisi cerah dan sedikit aktivitas masyarakat. Pelatihan dimulai dengan mengukur lebar sungai yang digunakan untuk menentukan segmen saat pengamatan dan pada pelatihan ini dibuat tiga segmen untuk setiap pengambilan data. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pengambilan data suhu dengan menggunakan termometer, kejernihan dengan secchi disk, dan kecepatan aliran dengan menggunakan botol apung.

wetland

Anggota KP3 Wetland yang mengikuti pelatihan bersama pembimbing pelatihan


Penanaman Mangrove

Kulon Progo-Minggu, 24 September 2017 dilakukan penanaman mangrove yang diadakan KP3 Wetland Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Kegiatan penanaman ini bertempat di Pasir Mendit, kabupaten Kulon Progo yang diikuti oleh para anggota KP3 Wetland. Sekitar pukul 08.00 WIB rombongan berangkat bersama dengan menggunakan sepeda motor. Hujan sempat mengguyur dalam perjalanan, tetapi bukan merupakan suatu halangan untuk menuju ke lokasi. Setelah melalukan perjalanan yang menghabiskan beberapa jam akhirnya rombongan tiba di Pasir Mendit. Pasir Mendit merupakan kawasan wisata pantai yang dikemas menarik dengan menghadirkan hutan mangrove sebagai salah satu objek utama yang menarik wisatawan. Tempat ini juga dilengkapi dengan jalan untuk penngunjung dan disediakan spot untuk berfoto.

p1 p2Pantai Mendit, Kulon Progo

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pematerian yang disampaikan oleh dua narasumber. Pemateri pertama adalah Sari Wulandari yang menyampaikan materi tentang mangrove. Materi yang disampaikan berupa hutan-hutan mangrove yang ada di Indonesia. Mangrove dapat tumbuh hidup pada daerah yang memiliki air pasang, di muara sungai dan daerah yang berkadar garam tinggi. Mangrove sendiri memiliki fungsinya masing-masing dalam asepek fisik, ekologi dan sosial ekonomi. Dilihat dari segi fisik, mangrove berfungsi sebagai pemecah ombak, pencegah abrasi dan mengurangi intrusi air laut. Selanjutnya dari segi ekologi mangrove memiliki peran sebagai habitat satwa. Segi sosial ekonomi peran mangrove sebagai pariwisata, tambak, tempat mencari ikan dan kayu bakar yang dapat menjadi arang briket. Persebaran mangrove hanya terdapat pada wilayah khatulistiwa seperti Indonesia. Papua merupakan wilayah di Indonesia yang paling banyak memiliki kawasan hutan mangrove, untuk mengenali jenis-jenis mangrove dapat dilihat dari tipe akar dan daun. Avicennia memiliki akar antena dan berdaun kecil, Rhizophora memiliki akar jangkar, Bruguiera memiliki akar lutut dan Sonneratia memiliki akar antena yang lebih besar. Hutan mangrove dapat mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan hutan mangrove dapat disebabkan oleh limbah yang dihasilkan manusia, tekanan penduduk, pembelokan sungai, kebakaran, hama dan penyakit tumbuhan dan eksploitasi seperti tambak garam dan lain sebagainya.

Materi kedua disampaikan oleh Bapak Wahyu yang merupakan pengelola wisata mangrove jembatan api-api. Pada pematerian ini kami mendapat informasi tentang pengelolaan wisata dan cara menanam mangrove. Tahun 1997 merupakan tahun pengenalan mangrove. Kemudia baru pada tahun 2016 kawasan hutan mangrove Pasir Mendit menjadi ekowisata dan ekobudidaya.

Setelah melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman mangrove. Hal pribadi yang perlu disiapkan untuk penanaman mangrove adalah pakaian lapangan, sandal lapangan dan topi lapangan. Ketika telah siap kemudian kami meuju tempat pengambilan bibit dan dilanjutkan menuju tempat penanaman. Tata cara penanaman mangrove pertama dengan memasang ajir dengan rapi dan berjarak. Selanjutnya membuat lubang tanam didepan ajir menggunakan alat bantu berupa pipa paralon kira-kira sedalam lengan bawah. selanjutnya meletakkan bibit mangrove pada lubang tanam dan lubang ditutup serta dipadatkan menggunakan kaki. Setelah itu, ikat mangrove dengan ajir menggunakan tali.

p5p6p7Kegiatan penanaman mangrove

Ketika semua bibit mangrove telah ditanam, acara dilanjutkan dengan penutupan dan foto bersama. Kemudian pulang menuju Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

p9

Foto bersama anggota peserta penanaman mangrove