KP3 Herpetofauna

Herpet

Kelompok Pengamat Peneliti Pemerhati Herpetofaua atau biasa disebut dengan KP3H merupakan kelompok studi yang berkonsentrasi di bidang ilmu amfibi dan reptil. Beberapa kegiatan yang dilakukan KP3 Herpetofauna adalah pematerian jenis-jenis herpetofauna, pematerian metode pengambilan dan analisis data, pengamatan, serta penelitian herpetofauna di lapangan. Pengamatan maupun penelitian KP3 Herpetofauna umumnya dilakukan pada pagi hari dan malam hari dimana pada waktu tersebut adalah waktu yang ideal bagi herpetofauna beraktivitas. Selain data herpetofauna, juga dilakukan pengambilan data habitat. Data habitat yang dikumpulkan antara lain data keadaan cuaca, suhu udara, kelembaban udara, dan suhu air yang diambil pada awal dan akhir setiap pengamatan.


MENILIK DUNIA KECIL DI SEPANJANG SUNGAI BABARSARI

Sabtu, 9 Juni 2018, 8 orang anggota KP3 Herpetofauna menyingkap keanekaragaman ekosistem amfibi dan reptil di Sungai Babarsari, Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan adalah herping malam dengan metode VES (Visual Encounter Survey) pada pukul 20.15 – 21.45 WIB. Kegiatan ini sekaligus membuka tabir dunia herpetofauna yang sangat luar biasa di sekitar sungai. Briefing yang dipimpin oleh Restu Sallia sekaligus membuka petualangan tim KP3 Herpetofauna di sepanjang Sungai Babarsari, Yogyakarta.

Metode VES merupakan modifikasi dari metode jelajah bebas dan belt transect.  Metode tersebut dilakukan dengan cara menyusuri berbagai badan air dan mendata jenis yang ditemukan serta keadaan daerah tempat jenis tersebut ditemukan. Setelah selesai pengamatan, dilakukan kegiatan identifikasi yang dibimbing oleh Doohan Rafida. Beberapa herpetofauna yang ditemukan antara lain:

1. Bunglon (Bronchocela jubata)

Bunglon

Bronchocela jubata tidak memiliki spike yang begitu panjang, tidak seperti Bronchocela cristatella. Bronchocela jubata biasa disebut dengan bunglon surai, karena spike di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai. Bunglon surai ini biasanya ditemukan di pepohonan, kebun, dan pekarangan. Bunglon surai ini memangsa berbagai macam serangga, seperti kupu-kupu, capung, lalat, dan lain-lain. Persebaran bunglon ini umumnya tersebar di sekitaran Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Singkep.

2. Ular pucuk (Ahaetulla prasina)

Ular Pucuk

Ular pucuk merupakan bagian dari kelompok ular yang berbisa lemah dari famili Colubridae. Bisa atau racun yang dikeluarkan oleh ular ini sendiri hanya mampu melumpuhkan mangsanya seperti kodok, katak, atau kadal, tetapi tidak berbahaya bagi manusia. Jenis ular ini tersebar hampir di sebagian besar Asia Tenggara.

3. Ular kadut (Homalopsis buccata)

Ular Kadut

Ular kadut adalah sejenis ular air dari suku Homalopsidae. Ciri-ciri ular ini adalah punggungnya berwarna dasar cokelat keabu-abuan atau cokelat merah bata dengan kurang lebih 19-29 belang berwarna cokelat tua agak terang (serupa dengan warna penutup kepala). Ular ini biasanya ditemukan di daerah perairan tawar dataran rendah maupun air payau. Makanan ular ini berupa ikan dan katak yang berada di sekitar aliran sungai. Ular ini termasuk dalam ular berbisa sedang yang dapat menyebabkan demam bagi manusia.

4. Kongkang Kolam (Chalcorana chalconota)

Kongkang kolam

Kongkang kolam termasuk katak dari suku Ranidae dengan nama ilmiah Chalcorana chalconota. Katak yang berukuran kecil dengan panjang 30-70 mm SVL atau panjang dari moncong ke anus. Mulut katak ini meruncing, badan yang sangat ramping dan tubuh bagian bawah berwarna sedikit kemerahan. Katak ini memiliki keunikan, yaitu memiliki garis putih pada bibirnya sehingga katak ini disebut dengan white-lipped frog. Katak ini biasanya aktif pada malam hari dan sering didapati di sekitar kolam, selokan, saluran air, atau sungai kecil. Katak ini biasanya menyebar di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa dan Bali (Iskandar,1998).

Demikianlah kegiatan pengamatan malam yang dilakukan KP3H pada penghujung semester ini. Terima kasih dan sampai jumpa di kegiatan lainnya

 

Daftar Pustaka:

Heyer, W. R., Donnelly, M. A., Mc Diarmid, Hayek, L.C., Foster, M.S. 1994. Measuring and Monitoring Biology Diversity: Standard Methods for Amphibians. Washington: Smithsonian Institution Press.

Iskandar. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Puslitbang-LIPI. Bogor.


Praktik Preservasi KP3 Herpetofauna

Yogyakarta—pada tanggal 4 Mei 2018, KP3H melakukan praktik preservasi basah yaitu memperkenalkan metode preservasi basah dan cara melakukannya. Kegiatan ini diikuti oleh 10 anggota KP3H yang dibimbing oleh Dennis Albihad dan Ikhwan, mahasiswa S2 Fakultas Kehutanan UGM. Praktik yang bertempat di laboratorium satwa Fakultas Kehutanan UGM ini menggunakan Bufo melanostictus (Kodok Bangkong) sebagai objeknya karena hewan ini memiliki tubuh yang besar sehingga mempermudah praktik preservasi. Sebelum kegiatan ini dilakukan, objek preservasi didapatkan dari kegiatan herping pada hari sebelumnya di lembah UGM. Hal ini dilakukan agar objek preservasi masih dalam kondisi segar.

preparat basah 1

preparat basah 2

preparat basah 3

preparat basah 4

Pelaksanaan praktik preparasi basah


Simulasi Penelitian Bersama KP3 Herpetofauna di Hutan Kemuning

Kemuning—Pada tanggal 9-11 Februari 2018, dilakukan simulasi Penelitian Bersama oleh KP3 Herpetofauna yang dilaksanakan di hutan Kemuning, Desa Kemuning, Kecamatan Bajen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Simulasi ini dilakukan untuk mempersiapkan para anggota yang akan mengikuti kegiatan Penelitian Bersama pada tanggal 16-25 Februari 2018 berupa penerapan metode penelitian. Simulasi ini diikuti oleh 8 orang anggota KP3 Herpetofauna dan dibimbing oleh Dennis Albihad.

Dalam simulasi ini, KP3 Herpetofauna menerapkan metode line transect dan Visual Encounter Survey atau VES dalam pengamatan keanekaragaman jenis herpetofauna yang ada di Hutan Kemuning. Pada metode line transect dilakukan pada pukul 07.00-10.00 sedangkan pada metode VES, dilakukan dengan menyusuri sungai dengan batasan waktu mulai dari pukul 19.00-22.00. Setelah didapatkan data lapangan, dilakukan juga identifikasi jenis. Hasil pengamatan dari simulasi Penelitian Bersama di Hutan Kemuning ini adalah ditemukannya spesies herpetofauna seperti cecak terbang (Draco volans), bangkong serasah (Leptobrachium hasseltii), kongkang jeram (Huia masonii), bangkong tuli (Limnonectes kuhlii), dan masih banyak lagi.

S__57614340

Anggota KP3 Herpetofauna yang mengikuti simulasi PB di Hutan Kemuning

S__57614341Huia masonii yang ditemukan saat pengamatan


KP3 HERPETOFAUNA Te-Kan Part 2 (Temu Kangen Bersama Kating)

Yogyakarta, 28 Oktober 2017, KP3 Herpetofauna kembali mengadakan Te-Kan (Temu Kangen) di joglo Fakultas Kehutanan, dimulai pukul 16.00-17.30 WIB. Kegiatan ini diisi dengan sharing pengalaman dan ilmu dari senior KP3 Herpetofauna kepada anggota dan calon anggota KP3 Herpetofauna, seperti pentingnya ilmu tentang fotografi satwa dan keuntungan mengikuti KP3. Berdasarkan hasil sharing, fotografi satwa terbagi menjadi dua yaitu:

  1. Fotografi Identifikasi, berfungsi untuk mempermudah identifikasi satwa terutama herpetofauna karena satwa herpetofauna agak sulit untuk diidentifikasi. Jika pengamat tidak dapat mengidentifikasi, pengamat wajib memfoto bagian punggung, kepala, kaki yang sedikit dibuka, dan bagian bawah dari satwa. Hal ini dilakukan sedetail mungkin karena setiap spesies dari herpetofauna memiliki karakteristik yang berbeda.
  2. Fotografi Art, fotografi yang lebih baik jika diaplikasikan secara langsung di lapangan, lebih fokus ke objeknya seperti fokus pada bagian mata, badan, dan lainnya. Untuk fotografi art ini kita juga harus menguasai teknik pengambilan gambar seperti mengatur exposure dan teknik lainnya. Pengamat juga harus tahu pesan yang akan disampaikan dari suatu objek yang akan difoto.

Sedangkan untuk keuntungan mengikuti KP3 yang dapat dimiliki oleh anggota KP3 antara lain pengetahuan yang lebih luas yang belum tentu didapatkan di dalam kelas, mendapatkan skill yang dapat membantu di lapangan seperti navigasi dan survival, dan dapat membantu dalam dunia kerja. Tidak lupa juga disampaikan keuntungan khusus bagi yang mengikuti KP3 Herpetofauna yang mungkin tidak banyak diketahui oleh orang lain, seperti adanya inovasi mirror box yang dibuat oleh tim KP3 Herpetofauna yang berfungsi untuk mengidentifikasi herpetofauna. Selain itu, KP3 Herpetofauna juga menjadi pencetus dari kegiatan Herpetorescue, kegiatan yang dibuka untuk melayani msyarakat secara umum dengan jenis kegiatan menyelamatkan satwa yang salah habitat, seperti masuknya ular ke dalam rumah.tekan

Kegiatan sharing bersama senior KP3 Herpetofauna


KP3 Herpetofauna Te-Kan (Temu Kangen Bersama Kakak Tingkat)

Yogyakarta-Kegiatan pertama KP3 Herpetofauna tahun 2017/2018 ialah temu kangen bersama kakak tingkat. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota-anggota KP3H mulai dari tahun 2012-2016. Te-Kan diadakan pada tanggal 21 Agustus 2017 di Café Ndelik yang terletak di daerah Pogung, Yogyakarta. Dalam temu kangen ini KP3 Herpetofauna hanya ngobrol santai tanpa membahas hal-hal yang berat. Para pendahulu membagi cerita untuk anggota baru bagaimana kegiatan mereka saat masih aktif menjadi anggota KP3 Herpetofauna.p1

Foto bersama kakak tingkat dalam kegiatan Te-Kan

Kegiatan berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Terima kasih mas Dennis sudah mentraktir anggota herpetofauna, next time traktir lagi ya mas hehehe…


KP3 Herpetofauna Menambah Wawasan

Yogyakarta-Tanggal 30 Agustus 2017, KP3 Herpetofauna Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada melakukan pematerian untuk anggota baru KP3 Herpetofauna. Pematerian tersebut membahas tentang pengenalan cara identifikasi jenis herpetofauna serta metode yang digunakan saat penelitian. Pematerian dilakukan di Taman Timur Fakultas Kehutanan dan berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Tujuan diadakannya pematerian tersebut yaitu agar anggota baru KP3 Herpetofauna dapat mengetahui cara identifikasi dan penggunaan metode yang biasa digunakan saat penelitian.

p2

Foto saat pematerian berlangsung

Pematerian tersebut diisi oleh koor KP3H tahun 2013 yaitu Doohan Rafida dan senior yang telah expert di herpetofauna, yaitu Dewantika Furita. Anggota herpetofauna benar–benar diajarkan cara identifikasi dan dikenalkan beberapa buku untuk mengidentifikasi, salah satunya buku “Amfibi Jawa dan Bali” karya Djoko T.Iskandar. Kemudian anggota herpetofauna diajarkan metode yang digunakan saat pengamatan (pengambilan data) yaitu menggunakan metode secara langsung meliputi road cruising, VES (Visual Encountered Survey), quadrat sampling, dan lain-lain. Sedangkan untuk metode tidak  langsung diperkenalkan pula dengan menggunakan jebakan air dan jebakan di darat (pitfall trap).

Selama pematerian berlangsung, anggota KP3 Herpetofauna sangat antusias dalam mengikutinya. Tidak hanya pematerian saja, saat kegiatan pematerian berlangsung anggota KP3 Herpetofauna juga membawa hewan peliharaan yang mereka miliki, seperti ular, iguana, salva, bahkan ada yang membawa anjing.


KP3 Herpetofauna GO SMART

Yogyakarta-Tanggal 4 September 2017 KP3 Herpetofauna kembali mengadakan pematerian tentang ordo anura dan amfibi, pematerian diadakan di Taman Timur fakultas kehutanan UGM yang disi oleh koor KP3 Herpetofauna tahun 2012 yaitu Dennis Albihad. Tujuan diadakan pematerian ini adalah agar anggota KP3 Herpetofauna dapat mengenal dan memahami  ordo anura dan amfibi. Setelah pematerian selesai, sesi dilanjutkan dengan kegiatan herping di Sungai Gajah Wong, Babarsari. Kegiatan herping diikuti oleh kurang lebih 25 orang anggota herpetofauna sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dari pematerian sebelumnya.

Herping dimulai pukul 19.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB dengan pembagian anggota herpetofauna menjadi 2 tim dengan 2 titik pengamatan. Kami menerapkan metode VES dalam kegiatan herping kali ini, yang mana saat menyusuri sungai apa pun satwa yang herpetofauna kita catat di tallysheet dan kami ambil untuk diidentifikasi setelahnya. Setelah waktu habis, kami kembali ke titik kumpul untuk mengidentifikasi herpetofauna yang kami dapatkan selama kurang lebih 1,5 jam herping. Kegiatan identifikasi dibantu oleh Mba Dea dan Mas Dohan dengan menggunakan buku identifikasi. Satwa yang kita dapat pada herping pertama kami ini tidak terlalu banyak, yakni 1 ular pucuk, beberapa Bufo asper, dan beberapa Chacorana chalconota.

p3

Foto saat pematerian berlangsung

p4

Kegiatan herping

Herping kedua dilakukan  pada tanggal 15 September 2017 di Sungai Bedog. Kegiatan kali ini diikuti oleh anggota herpetofauna dan ditemani oleh koor KP3 Herpetofauna tahun 2014. Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam, di mulai dari jam 19.00 hingga pukul 21.00 WIB, dengan menyusuri sungai Bedog kita mendapatkan lebih banyak reptil, yaitu ular pucuk dan bunglon. Selama penyusuran sungai kita mengamati satwa yang ada di sekitar sungai, satwa yang termasuk herpetofauna kita catat dan kita tangkap dan untuk diidentifikasi kemudian.

p6Ular pucukp5Bunglon