Apa kau baik saja disana? Jalak Bali-ku yang mulai sekarat

Gambar  Burung Jalak Bali

(Sumber : http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/05/Jalak-Bali-Burung-Indonesia.jpg)

Jalak Bali, satu dari seribu spesies endemik di Indonesia. Jalak bali adalah permata yang masih tersisa di tanah bali, yang selalu menyongsong angin setiap waktunya. Satu dua pasang yang masih tersisa, meninggalkan sejarah pilu tentang hidupnya. Perburuan salah satunya.

Jalak Bali bertubuh sedang (25 cm) dengan bulu seluruhnya putih salju kecuali bagian ujung sayap dan ujung ekor berwarna hitam, warna kulit disekitar mata berwarna biru terang dan berjambul panjang terutama pada jantan. Burung ini terkenal karena suaranya yang merdu serta perawakannya yang elegan. Banyak mata yang tertarik memilikinya di kandang, bukan bebas di alam.

Jalak Bali menyukai terbang berkelompok antara bulan November sampai dengan bulan April untuk kawin dan mencari makan. Musim kawin berlangsung antara bulan September sampai Maret. Jalak Bali betina dewasa dapat bertelur maksimum 3 butir. Pengeraman dilakukan secara bergantian oleh jantan dan betina selama 15-17 hari. Aktifitas keseharian memiliki perilaku yang sama pagi sekitar jam 06.00 wita mereka terbang menuju hutan tempat mencari makan dan minum dan sekitar jam 14.00-18.00 wita mereka kembali ke tempat tidurnya.

Saat ini, Jalak bali tersisa di Taman Nasional Bali Barat dan masih saja terancam populasinya. Bukan hanya karena perburuan, tapi juga karena perubahan habitat di sepanjang barat laut pantai Bali. Bahkan, saat ini IUCN menetapkan status Critically Endangered sejak tahun 1996. Jalak Bali juga masuk dalam Appendiks I CITES yang artinya terlarang untuk diperdagangkan. Berdasarkan data Birdlife International, Jalak Bali hanya tersisa 49 ekor di habitatnya. Pada tahun 2016 sensus terakhir menyatakan bahwa Jalak Bali masih tersisa 82 individu. Apabila terus dibiarkan tanpa perlindungan, Jalak Bali dapat mengalami kepunahan di alam atau Extinc In The Wild. Sebenarnya, jumlah individu Jalak Bali belum diketahui secara pasti, karena memang dalam pengamatan dan pendataan populasi burung tidaklah mudah. Selain itu, perbedaan jumlah yang sangat derastis di alam disebabkan oleh komposisi vegetasi, jenis kerusakan dan tingkat perburuan yang terjadi pada kawasan tersebut.

(Sumber : https://blogs.uajy.ac.id/bayu05/files/2015/12/rare-birds.jpg)

Usaha/upaya yang telah dilakukan yaitu dengan membangun penangkaran di desa-desa yang dulunya merupakan habitat Jalak Bali seperti di pemukiman Tegal Bunder dan Sumber Kelampok. Sejak tahun 2013 APCB juga telah menggandeng masyarakat yang ingin mengembangbiakan Jalak Bali, dengan memberikan 15 pasang bibit atau indukan. Dari 15 pasang itu sudah berhasil dikembangbiakan menjadi 125 ekor oleh masyarakat sekitarnya. Jalak bali mulai sekarat keberadaannya. Sudah tidak dapat dikatakan lestari jika kita tidak ikut menjaganya.

Jalak Bali merupakan spesies yang patut kita pertahankan dan tingkatkan populasinya. Jalak Bali berperan dalam distribusi jenis pohon tertentu serta keberadaannya yang hanya di Pulau Bali. Masihkah kita menutup mata dengan maraknya perdagangan dan perburuan Jalak Bali? Masihkah kita tidak peduli akan kelestarian satwa endemik?. Mari bersama-sama melakukan aksi nyata menjaga kelestarian flora dan fauna Indonesia, jangan biarkan tangan-tangan tak bertanggungjawab yang bertindak.

Sumber :

I Putu Gede Ardhana dan Nana Rukmana. Keberadaan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi Stresemann 1912) di Taman Nasional Bali Barat (The Existence of Bali Starling (Leucopsar rothschildi Stresemann 1912) In West Bali National Park).  Jurusan Biologi, FMIPA Unud, Balai Taman Nasional Bali Barat. (crescentbali@indo.net.id).

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.