Monthly Archives: August 2018

7 posts

KP3 Burung Melebarkan Sayap sampai Tanah Sumba

Pada tanggal 5-9 Agustus 2018 KP3 Burung mengikuti lomba fotografi dan birdwatching yang diadakan oleh Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti atau yang biasa disingkat dengan TN MATALAWA. TN MATALAWA ini terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. TN MATALAWA telah mengadakan lomba serupa pada tahun lalu yang berlokasi di Billa, Sumba Timur, akan tetapi pada tahun 2018 ini lomba fotografi dan birdwatching ini berlokasi di Manurara, Sumba Tengah. Tim dari KP3 Burung yang mengikuti perlombaan ini terdiri dari 3 orang mahasiswa Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yaitu Krisna Adi selaku koordinator KP3 Burung periode 2018/2019, bersama dengan 2 anggota KP3 Burung yaitu Rohmana Luthfi dan Cosmas Magistra Kurnia Putra. read more

Pengamatan di Bukit Turgo

IMG_1458

Kali ini KP3 Burung melakukan pengamatan di Bukit Turgo. Bukit Turgo sendiri terletak di lereng Gunung Merapi. Pengamatan dilakukan pada hari Minggu, yang diikuti oleh 4 orang anggota dari KP3 Burung. Sebelum dilakukan pengamatan para anggota berkumpul di gerbang utara untuk menunggu anggota yang lain, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menuju Bukit Turgo. Perjalanan dilakukan sekitar pukul 06.30 WIB, sampai di Bukit Turgo sekitar pukul 07.30 WIB. Sesampainya di sana sudah disambut dengan kicauan burung yang cukup nyaring, setelah kami memarkirkan kendaraan masing-masing dan membayar uang masuk serta parkir sebanyak Rp 2.000,00. Kemudian perjalanan menuju lokasi dilakukan dengan berjalan kaki, jalan menuju lokasi pengamatan tidaklah jauh. Selama di perjalanan burung yang terlihat tidak banyak hanya beberapa spesies seperti Empuloh janggut (Alophoixus bres), Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Bentet kelabu (Lanius schach). Setelah setengah perjalanan menuju puncak bukit, sekitar pukul 09.00 WIB kami memutuskun untuk turun kembali, dikarenakan burung sudah jarang ditemui. Kemudian kami memilih untuk mengamati di bukit seberang. read more

Mengenal Bekantan Lebih Dekat

Gambar Bekantan

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan biodiversitas flora dan fauna yang unik dan menarik untuk dipelajari. Salah satu contohnya adalah Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) adalah salah satu jenis satwa primata yang ada di Indonesia. Bekantan dicirikan oleh bentuk hidungnya yang unik, sehingga mudah dikenal diantara jenis primata lainnya. Selain hidung yang panjang dan besar, spesies ini juga memiliki perut yang buncit. Perut buncit ini akibat dari kebiasaan Bekantan mengkonsumsi makanan yang tidak imbang. Selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian, Bekantan juga memakan dedaunan. Secara umum, habitat bekantan berada di lahan basah seperti daerah hutan mangrove, hutan riparian dan hutan rawa, baik rawa air tawar maupun rawa gambut. Bekantan tersebar luas di hutan-hutan sekitar muara atau pinggiran sungai di Kalimantan. Masyarakat di Pulau Kalimantan memberi beberapa nama pada spesies Bekantan yang termasuk kera berhidung panjang ini, seperti Pika, Kera Belanda, Raseng, Bahara Bentangan dan Kahau. read more

Melihat Garis Batas Perlindungan Satwa Liar

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tinggi, termasuk flora dan faunanya. Beberapa flora dan fauna hanya ditemukan dan hanya dapat hidup dengan baik di Indonesia serta masuk dalam daftar spesies endemik Indonesia. Satwa endemik merupakan jenis hewan unik dan memiliki ciri khas yang disebabkan karena penyesuaian diri terhadap habitatnya, sehingga perlu dilakukan perlindungan. Satwa dan habitatnya merupakan salah satu bagian dari sumberdaya yang penting dan memiliki manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, yang kehadiranya tidak dapat tergantikan. Tetapi, kegiatan perburuan terus terjadi dan menyebabkan satwa terancam punah. Hasil buru telah berganti tujuan, dari bertujuan dikonsumsi, kini untuk kecantikan, obat, bahkan gengsi. Menurunnya populasi satwa, saat ini bukan hanya disebabkan perburuan liar, tetapi juga karena kebakaran hutan, pembalakan liar dan perubahan fungsi hutan untuk bertani serta bermukim. read more

Apa kau baik saja disana? Jalak Bali-ku yang mulai sekarat

Gambar  Burung Jalak Bali

(Sumber : http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2013/05/Jalak-Bali-Burung-Indonesia.jpg)

Jalak Bali, satu dari seribu spesies endemik di Indonesia. Jalak bali adalah permata yang masih tersisa di tanah bali, yang selalu menyongsong angin setiap waktunya. Satu dua pasang yang masih tersisa, meninggalkan sejarah pilu tentang hidupnya. Perburuan salah satunya.

Jalak Bali bertubuh sedang (25 cm) dengan bulu seluruhnya putih salju kecuali bagian ujung sayap dan ujung ekor berwarna hitam, warna kulit disekitar mata berwarna biru terang dan berjambul panjang terutama pada jantan. Burung ini terkenal karena suaranya yang merdu serta perawakannya yang elegan. Banyak mata yang tertarik memilikinya di kandang, bukan bebas di alam. read more

Ancaman Ikan Asing Terhadap Ekosistem Perairan

Pada akhir Juni lalu banyak pembicaraan mengenai pelepasan ikan Arapaima gigas di Sungai Brantas, Jawa Timur. Pelepasan ikan tersebut dilakukan oleh seseorang yang tidak diketahui namanya dan aksinya terekam dalam video yang disebarluaskan ke sosial media. Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ikan Araipama yang dilepaskan ke sungai tersebut diketahui dimiliki oleh Pursetyo, warga Kota Surabaya. Pria tersebut diketahui melepas 8 ekor Araipama ke sungai Brantas. Total ikan Arapaima yang dimiliki Pursetyo jumlahnya ada 30 ekor dengan rincian, 18 ekor ada dalam penampungannya di Surabaya, 4 ekor diserahkan ke masyarakat yang saat ini masih dalam proses pencarian oleh tim, dan 8 ekor dilepaskan ke sungai Brantas yang mana 7 ekor di antaranya sudah berhasil ditangkap kembali dengan kondisi 1 ekor sudah dalam keadaan mati. read more