Mempertahankan Eksistensi Hutan Kemuning di Tanah Jawa

Oleh Farah Dini Rachmawati

Keberadaan hutan di Pulau Jawa semakin banyak yang terpinggirkan dengan adanya pembangunan. Deforestasi dan degradasi menjadi masalah yang tak terelakkan. Kawasan hutan menjadi sasaran empuk untuk menjadi permukiman ataupun dikonversi sebagai hutan tanaman jati. Mempertahankan hutan alam di Pulau Jawa bagaikan hal yang mustahil untuk saat ini.

Namun, hal yang berbeda terjadi di Desa Kemuning, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.  Ada kawasan seluas 800 Ha di desa tersebut yang masih layak disebut sebagai ‘hutan’. Orang banyak menyebutnya Hutan Kemuning. Keanekaragaman hayati di Hutan Kemuning ini masih cukup tinggi. Hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani bersama masyarakat ini masih layak untuk dihuni oleh berbagai jenis satwa.  Beberapa satwa yang dilindungi masih bisa ditemukan di Hutan Kemuning, seperti Lutung Jawa, Kukang Jawa, Trenggiling, dan Elang Bido.

Aset yang dimiliki oleh Hutan Kemuning tentu harus dilestarikan, mengingat minimnya hutan di Jawa yang masih tersisa. Salah satu upaya preservasi yang dapat dilakukan adalah dengan menyadarkan masyarakat akan pentingnya hutan. Masyarakat adalah ujung tombak dalam mempertahankan eksistensi Hutan Kemuning. Pemahaman masyarakat yang baik akan berdampak positif terhadap hutan. Sebaliknya, jika masyarakat kurang peduli dengan kondisi hutannya, bencana yang akan muncul.

Salah satu tindakan preservasi dilakukan oleh Javan Wilidlife Institute (JAWI) yang bekerja sama dengan Forestation, yakni dengan menyelenggarakan kegiatan pendidikan lingkungan di Desa Kemuning. Pendidikan Lingkungan yang mengambil tema “Mengenal dan Menjaga Hutan Kemuning” telah diselenggarakan pada 26 Agustus 2017 dengan diikuti 45 siswa SDN Kemuning. Kegiatan pendidikan lingkungan ini terdiri dari empat rangkaian acara yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak-anak Desa Kemuning terhadap lingkungan sekitarnya.

Pendidikan lingkungan diawali dengan pemutaran video tentang hutan dan kukang. Anak-anak nampak serius ketika video diputar. Penayangan video ini dilakukan agar mereka lebih mengenal lingkungan tempat tinggalnya yang dikelilingi oleh hutan. Selain itu, isu perdagangan kukang pun juga ditampilkan dalam video agar mereka tahu bahwa kukang adalah hewan dilindungi yang tidak boleh diperjualbelikan.

IMG_3610

Pemutaran video mengenai hutan dan kukang

Agenda kedua dalam pendidikan lingkungan ini adalah lomba menggambar. Seluruh siswa yang terdiri dari kelas I sampai VI dibagi menjadi lima kelompok. Mereka diminta untuk menggambarkan keadaan lingkungan sekitar. Mereka pun diberikan waktu untuk menceritakan hasil karya masing-masing. Dari gambaran anak-anak itu dapat diketahui sejauh mana pemahaman mereka terhadap lingkungan.

Setelah lomba menggambar, kegiatan dilanjutkan dengan lomba susun gambar. Anak-anak diminta untuk mengumpulkan potongan gambar yang telah diletakkan dalam tampah yang penuh dengan tepung.  Potongan gambar itu harus mereka susun agar membentuk gambar yang utuh. Dari gambar-gambar yang mereka susun terbentuklah mekanisme rantai makanan yang terjadi di Hutan Kemuning. Dalam kegiatan ini, mereka diajak untuk mengetahui dampak yang akan timbul apabila salah satu komponen dari rantai makanan hilang.

IMG_3695

Pengumpulan potongan gambar dari tampah berisi tepung

Kegiatan diakhiri dengan penanaman pohon di halaman SDN Kemuning. Mereka tak hanya menanam tapi juga diberi tugas untuk merawat pohon tersebut. Dengan adanya tugas sederhana itu diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan mereka terhadap lingkungan.  Apabila sedari dini mereka telah memiliki kecintaan yang tinggi terhadap lingkungan, tak mustahil Hutan Kemuning dapat terus berjaya di tanah Jawa.

 

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.