Pygma : Ceritaku Untuk Dunia

Oleh : Ryan Prihantoro

PYGMA

Aku Pygma, seekor Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang sedang tumbuh dan berkembang. Namun, aku juga tidak terlalu paham bagaimana ibukku dahulu. Sebab setelah aku lahir, hidupku menyendiri tanpa asuhan dan kasih sayang. Rumah tempatku bermain telah berganti dengan tanah lapang, di beberapa tempat hanya ada bekas tebangan pohon yang tak bisa untukku belajar berayun dengan bebas, yang lainnya hanyalah kayu-kayu bekas terbakar. Saatku bermain terlalu jauh, hanyalah terlihat luasnya sawit (Elais sp.) sepanjang mata memandang, yang mana tak satupun buahnya dapat kumakan. Ya itu rumahku sekarang, dengan tandusnya tanah dan kurangnya air yang bisa kuminum. Sedikit dongeng dari beberapa ibu temanku bahwa oknum (re : manusia) telah bersikap rakus, mereka ambil semua yang ada di rumahku, mengubahnya menjadi perkebunan sawit dan sering memburu kami entah untuk hobi ataupun dengan maksud ekonomi.

Menurut WWF total populasi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)  di Pulau Borneo di wilayah Indonesia maupun Malaysia pada tahun 2004 sekitar 3000 hingga 4500 ribu individu. Orangutan memiliki rambut panjang dan kusut berwana merah gelap kecoklatan dengan warna pada wajah berwarna merah muda, merah, sampai hitam. Perbedaan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)  dengan saudaranya Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah pada bantalan pipi dan kantung suara pejantannya di fase dewasa. Pada Orangutan Kalimantan bantalan pipi melebar sehingga keseluruhan wajahnya terlihat bulat, sedangkan Orangutan Sumatera memiliki bentuk wajah yang terlihat oval sebab bantalan pipinya menggelambir, serta bentuk dagunya terlihat lebih panjang. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) banyak ditemukan di hutan dataran rendah dibanding dataran tinggi sebab buah-buahan berukuran besar lebih banyak dihasilkan dari hutan dan lahan gambut di daerah yang juga menjadi daerah jelajah orangutan ini. Tercatat selama 20 tahun terakhir, habitat Orangutan Borneo berkurang paling tidak sekitar 55%. Menurut artikel resmi Mongabay (20/2/2018) 148.000 individu orangutan dari Pulau Kalimantan selama 16 tahun terakhir telah tiada. Lebih detail dikatakan bahwa 63-75% tingkat penurunan orangutan paling tinggi ada di daerah yang mengalami deforestasi atau daerah yang dikonversi menjadi perkebunan di Kalimantan dan di Sabah, Malaysia. Namun menariknya hampir tidak ada hutan tanaman industri dan kawasan penggundulan hutan di wilayah orangutan di Sarawak, Malaysia. “Orangutan yang ada di Kalimantan dibunuh karena situasi konflik, saat hewan didorong memasuki taman atau perkebunan karena habitat yang telah rusak,” ujar Maria Voight, seorang peneliti Orangutan Kalimantan yang mana jurnalnya diterbitkan oleh Current Biology Maret 2018.

 Begitulah kisahku yang sendu nan haru, seakan aku hidup dalam kenistaan dengan alur hidup yang tak pernah diharapkan. Hei kalian (re : manusia), bukankah kita bisa hidup bersama, berdampingan, dan saling menjaga? Kami juga perlu disayang, dengan penuh pengharapan untuk hidup yang lebih indah sekarang dan masa depan.

Sumber :

WWF Indonesia. 2017. Kenali Lebih Dekat Orangutan di Indonesia. https://www.wwf.or.id/rss.cfm?uNewsID=63143 (diakses 24 September 2018 pukul 20.14 WIB).

Leave a comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.